Fashion enthusiast tentu sudah tak asing dengan tiga brand besar, yaitu Hermès, LVMH, dan Zara. Ketiga brand fesyen itu pun berhasil menjadi perusahaan fashion paling inovatif dan memiliki kesiapan masa depan.
Data tersebut berdasarkan penilaian dari riset tahunan Future Readiness Indicator (FRI) 2024 yang diluncurkan oleh IMD Center for Future Readiness. Tahun ini, Zara berhasil menempati peringkat ketiga, terlepas dari kritikan mengenai industri fast fashion yang dinilai tidak ramah lingkungan.
Bahkan, Zara tercatat naik lima peringkat ke posisi tiga, ketika rivalnya H&M merosot dari peringkat 13 ke 20.
“Merek-merek kelas atas makin memperkuat genggaman mereka di peringkat puncak dan merek fast-fashion tengah memperbarui strategi. Sayangnya, Nike mesti tergusur dari peringkat puncak akibat salah kebijakan,” kata Howard Yu, Direktur IMD Center for Future Readiness, dikutip dari keterang resmi yang diterima Marketeers, Kamis (28/11/2024).
BACA JUGA 10 Fashion Tren yang Paling Digandrungi Gen Z Tahun 2024
Hermès, LVMH, dan Zara berhasil menempati posisi teratas lantaran mampu melakukan relevansi kultural dengan konsumen ketika melakukan ekspansi pasar global. Sebagai contoh, mereka melakukan relevansi budaya dengan mempererat kemitraan lokal, pemanfaatan teknologi, dan media sosial.
Ketiganya digunakan bukan hanya untuk promosi, tapi juga untuk menjalin kedekatan budaya dengan konsumen setempat. Strategi ini membuahkan hasil yang lebih baik ketimbang strategi perusahaan mode lain yang lebih mengutamakan pertumbuhan yang cepat.
Selain menggabungkan relevansi budaya dan integrasi digital, Zara punya strategi lain. Keberhasilan perusahaan asal Spanyol ini disokong oleh strategi untuk terus mengikuti preferensi pelanggan, efisiensi kecepatan siklus produksi, dan menjaga keandalan toko offline dan online mereka.
Sementara itu, Nike harus mengakui ketangguhan ketiga brand fashion teratas dan mesti puas di peringkat empat. Padahal, selama dua tahun sebelumnya, Nike berada di peringkat satu.
Kebijakan Nike untuk menggencarkan inovasi penjualan online langsung ke konsumen menjadi batu sandungan. Hal ini malah menuai protes dari para mitra ritel yang berujung ketegangan hubungan antara keduanya.
Keretakan ini membuat angka pertumbuhan Nike kalah dari pesaing seperti Hoka dan Salomon.
Yu menjelaskan kunci keberhasilan di industri mode pada 2025 terletak pada kemampuan perusahaan menyelaraskan konsumen, budaya dan produk. Kesuksesan di industri fashion bukan lagi hanya tergantung pada keunggulan operasional, disiplin finansial, atau sekedar menjadi ‘berbeda’.
BACA JUGA 10 Merek Fashion Terbaik di Asia Tenggara, Uniqlo Jadi Urutan Pertama
Perusahaan peringkat atas, seperti Hermès, LVMH, dan Zara menunjukkan mereka melakukan sesuatu yang “beda”, tapi sambil tetap menjaga relevansi dengan budaya setempat. Berikut tujuh kunci sukses menjaga inovasi dan kesiapan masa depan perusahaan di industri fashion:
– Relevansi budaya: Hermès, LVMH, dan Zara berhasil memanfaatkan teknologi agar bisa lebih terkoneksi secara budaya dengan pelanggan.
– Inovasi: LVMH dan Hermès menunjukkan inovasi jangka panjang bisa dilakukan tanpa mengorbankan stabilitas keuangan. Nike juga menjadi contoh implementasi inovasi harus tetap mempertimbangkan hubungan baik dengan mitra ritel tradisional.
– Diversifikasi: Perusahaan-perusahaan fashion yang paling sukses melakukan diversifikasi produk, pasar, saluran distribusi, poin harga, dan segmen konsumen mereka.
– AI dan teknologi: AI bisa digunakan mulai dari proses desain, hingga mencoba produk secara virtual dengan augmented reality.
– Kelestarian (sustainability): Konsumen yang sadar lingkungan makin berkembang, untuk itu industri mode perlu ambil bagian menjaga kelestarian.
– Perubahan perilaku konsumen dan pola belanja: konsumen makin suka berbelanja online dan membeli pakaian multifungsi yang bisa digunakan dengan berbagai model dan untuk berbagai keperluan acara.
– Evolusi model bisnis: Pemanfaatan data perlu dilakukan agar pengambilan keputusan dan perencanaan strategis lebih sesuai kebutuhan konsumen. Apalagi saat ini konsumen makin senang pengalaman belanja offline dan online yang terintegrasi.
Riset FRI dilakukan untuk menilai kemampuan suatu perusahaan untuk mengantisipasi dan beradaptasi terhadap perubahan eksternal untuk menjaga pertumbuhan usaha lewat inovasi dan adaptasi. Penilaian dalam riset FRI diukur berdasarkan faktor-faktor, seperti fundamental keuangan, penelitian dan pengembangan, inovasi, ekspektasi investor terhadap pertumbuhan masa depan, keragaman bisnis dan karyawan, serta pengelolaan kas dan utang.
Berikut daftar 10 besar brand fashion paling inovatif berdasarkan IMD FRI 2024:
- Hermès (100)
- LVMH (97,5)
- Inditex (induk Zara, dll) (91,9)
- Nike (86,2)
- Lululemon (68)
- Kering (induk YSL, Gucci, dll) (65,7)
- Richemont (induk Montblanc dll) (65.5)
- Prada (64.1)
- Zalando (57.2)
- Adidas (56,8)
Editor: Ranto Rajagukguk