110 Tahun Eksis, Ini Strategi Bisnis Jamu IBOE

marketeers article

Menjaga sustainabilitas bisnis, bukan perkara mudah. Apalagi, dunia tengah berada di era Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA). Namun, Jamu IBOE masih bisa mempertahankan eksistensi bisnis mereka yang telah dibangun sejak 110 tahun lalu.

Terdapat tiga strategi kunci yang menjadi rahasia sustainabilitas bisnis Jamu IBOE. Hal ini meliputi, inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.

Inovasi dilakukan dengan mengembangkan berbagai produk yang sesuai dengan perubahan gaya hidup konsumen. Sebagai contoh, mengembangkan lini produk jamu lifestyle dengan brand IBOE Natural Drink.

“Kami mulai meregenerasi konsumen sejak empat hingga lima tahun lalu karena kami sadar jika kami terus seperti ini, bisnis kami bisa habis,” ungkap Product Group Manager PT Jamu IBOE Jaya Perry Angglishartono kepada Marketeers.

Photo Credits: Jamu IBOE

Ide ini berangkat dari CEO Jamu IBOE Stephen Walla yang merupakan generasi ke-empat Jamu IBOE. Ia berpikir, jika jamu dipersepsi sebagai kategori serius, maka pasar dari minuman ini tidak akan besar. Jamu IBOE hanya dapat masuk ke kategori toko jamu, obat, atau apotek. Di supermarket pun hanya bisa masuk di counter obat. Ia kemudian berupaya mengemas jamu menjadi produk lifestyle, layaknya kopi dan teh.

“Sangat penting untuk kita bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan hidup sehat dengan mengonsumsi produk jamu Indonesia yang beragam, dan kaya akan manfaat kesehatan. Dalam berkompetisi di era modern ini, kami mengangkat dan mengemas produk jamu menjadi makanan, minuman, dan suplemen lifestyle yang sangat bagus dan menyehatkan untuk dikonsumsi sehari-hari, terutama untuk tujuan promotif dan preventif,” ungkap Stephen.

Selain itu, Jamu IBOE juga membuat IBOE Griya Herba. Ini merupakan flagship store Jamu IBOE dengan konsep cafe yang menyediakan berbagai macam sajian makanan dan minuman berbahan dasar produk mereka. Memadukan unsur tradisional dan modern, Jamu IBOE mencoba melestarikan minuman jamu kepada para pelanggan melalui cafe ini.

Photo Credits: Jamu IBOE

Go Omni

Adaptasi dilakukan Jamu IBOE menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Jamu IBOE memberanikan diri mengintegrasikan dunia offline dan online (omnichannel) guna memberikan experience lebih kepada para pelanggan.

Go Omni menjadi suatu keharusan agar produk kita selalu relevan dari generasi ke generasi. Jamu Iboe masih ada hingga saat ini karena selalu berusaha tetap relevan di zamannya,” ungkap Perry.

Tak ketinggalan, kolaborasi dengan berbagai pihak gencar dilakukan guna mengakselerasi pertumbuhan bisnis.

Mengambil contoh sebelum masa pandemi, Jamu IBOE tak pernah absen berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung deretan offline event. Hal ini dilakukan guna meningkatkan brand awareness dan engagement dengan target konsumen.

Jamu IBOE menggandeng berbagai komunitas, antara lain para pelajar untuk mendukung acara mereka sembari melakukan aktivasi di dalamnya. Bentuknya pun beragam, mulai dari lomba minum jamu, merasakan rempah dengan mata tertutup, hingga membuat berbagai olahan modern dengan produk jamu.

Photo Credits: Jamu IBOE

Kini, bentuk kegiatan pemasaran tersebut perlahan dialokasikan ke kanal online. Hal ini dilakukan menyesuaikan dengan lankap perubahan gaya hidup yang terjadi akibat pandemi COVID-19.

“Transformasi digital bukan lagi menjadi opsi, melainkan menjadi suatu keharusan untuk dilakukan,” tegas Stephen.

Meski berstatus digital immigrant, transformasi digital tak serta merta membuat Jamu IBOE meninggalkan saluran pemasaran konvensional mereka.

Talkshow di radio pun masih aktif dilakukan, terutama di kota-kota kedua. Pasalnya, Perry mengatakan, antusiasme pendengar radio di wilayah ini masih tinggi untuk berinteraksi dengan brand melalui kanal radio.

“Adaptasi untuk bisa menjadi omni harus dipercepat karena ini momentum yang tepat bagi industri jamu. Kita juga tidak bisa lagi bergerak sendiri, kolaborasi menjadi kian penting. Setelah itu, tetap berupaya agar produk kita relevan dengan zaman. Ini alasan mengapa Jamu IBOE bisa bertahan sejak 1910 hingga hari ini,” tutup Perry.

Related