Jumbo tidak hanya sukses secara komersial dengan dinobatkan sebagai film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa, tapi juga berhasil menyentuh banyak hati lewat cerita sarat makna. Di balik kisah Don dan teman-temannya, tersimpan banyak pelajaran berharga tentang parenting.
Wulan Nur Jatmika, pakar psikologi anak dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menilai Jumbo bukan sekadar film anak biasa. Film ini juga menjadi refleksi pentingnya kehadiran orang tua, kekuatan dukungan emosional, serta dampak lingkungan terhadap kesehatan mental anak.
“Film ini punya banyak lapisan pesan. Untuk anak-anak, ceritanya menyenangkan dan menghibur. Tapi bagi orang tua, ini adalah bahan refleksi,” ujar Wulan, dikutip dari ugm.ac.id, Senin (21/4/2025).
BACA JUGA: Mengenal Preeklampsia, Kondisi Medis yang Merenggut Nyawa Kartini
Berikut adalah beberapa pelajaran parenting yang bisa dipetik dari film Jumbo menurut Wulan:
Orang Tua Perlu Hadir secara Emosional
Salah satu pesan utama yang disorot dalam film Jumbo adalah pentingnya kehadiran orang tua, bukan hanya secara fisik, tetapi juga emosional. Tokoh Don, misalnya, digambarkan kehilangan orang tuanya sejak kecil. Meski begitu, ia tetap bisa ceria dan percaya diri karena mendapat dukungan emosional yang cukup dari lingkungan sekitarnya.
Menurut Wulan, hal ini menunjukkan bahwa anak-anak butuh figur pengasuh yang mampu hadir dan terlibat secara emosional dalam kehidupan mereka. Di usia dini, kehangatan, cinta tanpa syarat, dan perhatian dari orang tua menjadi fondasi penting bagi perkembangan kepribadian anak.
Trauma Masa Kecil Bisa Berdampak Panjang
Jumbo juga menampilkan sejumlah karakter yang tumbuh dalam kondisi keluarga yang tidak ideal. Sebut saja Atta yang dibesarkan dalam kemiskinan tanpa peran orang tua yang memadai, begitu pun dengan Maesaroh dan Nurman yang nyaris tak mendapatkan perhatian dari orang tua.
Kondisi ini mencerminkan fenomena Adverse Childhood Experiences (ACEs), yaitu pengalaman negatif di masa kecil yang berpotensi menimbulkan trauma. Wulan menjelaskan bahwa anak-anak dengan latar belakang ACEs rentan mengalami gangguan psikologis dan masalah perilaku di masa depan.
“Inilah pentingnya orang tua memahami dampak dari pola asuh yang tidak sensitif terhadap kebutuhan anak. Setiap pengalaman buruk bisa membekas dan memengaruhi mereka hingga dewasa,” tambahnya.
BACA JUGA: Lawan Rasa Cemas Jelang Ujian dengan 5 Tips dari Psikiater Ini
Jangan Anggap Remeh Perundungan
Interaksi antara Don dan Atta dalam film ini juga memperlihatkan dinamika perundungan. Don menjadi korban, sementara Atta bertindak sebagai pelaku. Namun, film ini menunjukkan bahwa pelaku perundungan sering kali juga merupakan anak yang sedang terluka.
Wulan lantas menegaskan bahwa perundungan merupakan masalah kompleks yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan menyalahkan pelaku. Faktor-faktor semacam pola asuh keras, lingkungan tidak sehat, dan pengalaman traumatis bisa melatarbelakangi tindakan anak.
“Don bisa tetap kuat karena ia mendapat dukungan emosional. Ini jadi pengingat bahwa mencegah perundungan membutuhkan pendekatan holistik, mulai dari rumah, sekolah, hingga komunitas,” jelasnya.
Bekali Anak dengan Hal yang Mereka Butuhkan
Jumbo memberikan pelajaran bahwa anak-anak tidak hanya butuh materi atau fasilitas, tapi juga nilai-nilai kehidupan, kasih sayang, dan bimbingan. Orang tua harus menyadari bahwa apa yang mereka berikan di masa-masa awal kehidupan anak bisa berpengaruh besar di kemudian hari.
“Usia 0-5 tahun adalah masa emas. Apa pun yang ditanamkan di masa ini bisa berdampak jangka panjang. Maka, jangan hanya memberikan apa yang anak inginkan, tapi berikan apa yang mereka butuhkan untuk menjadi pribadi yang sehat secara fisik maupun emosional,” kata Wulan.