4 Strategi Mengatasi Middle Income Trap yang Jadi Ancaman Nyata Ekonomi Indonesia
Fenomena middle income trap menjadi salah satu tantangan utama bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Middle income trap merupakan suatu kondisi ketika negara berpenghasilan menengah menghadapi kesulitan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sehingga sulit untuk naik menjadi negara berpenghasilan tinggi.
Berdasarkan World Development Report 2024: The Middle Income Trap yang dirilis oleh Bank Dunia pada Agustus lalu, Indonesia merupakan salah satu negara berpenghasilan menengah-atas yang berisiko terjebak dalam fenomena ini.
Beberapa faktor penyebab jebakan fenomena middle income trap adalah stagnasi transformasi ekonomi karena tidak mampu meningkatkan produktivitas dan inovasi yang diperlukan untuk bersaing dengan negara-negara maju, kurangnya investasi pada sumber daya manusia terutama dalam pendidikan dan pengembangan keterampilan, dan ketergantungan pada strategi berbasis investasi tanpa adopsi teknologi dan praktik bisnis modern.
BACA JUGA Naik 18,27%, Pendapatan Garuda Indonesia Capai US$ 1,62 Miliar
Selain itu, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus 2024 menunjukkan penurunan signifikan dalam jumlah penduduk kelas menengah Indonesia, dari 57,33 juta jiwa pada 2019 menjadi 47,85 juta jiwa di 2024.
Penurunan ini disebabkan oleh dampak pandemi COVID-19, terutama pada sektor formal, yang mana banyak masyarakat kehilangan pekerjaan, yang memperburuk situasi tenaga kerja di Indonesia.
Untuk menghadapi ancaman middle income trap di Indonesia, berikut beberapa strategi penting yang dapat diterapkan:
1. Mengedepankan investasi pada peningkatan keterampilan dan pendidikan teknologi
Dunia kerja terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang makin cepat. Oleh karena itu, penting untuk terus mengedepankan investasi pada pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan sehingga memungkinkan para profesional untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan baru guna mempercepat proses adaptasi terhadap pasar ketenagakerjaan.
Gita Wirjawan, Edukator, Pengusaha, dan Menteri Perdagangan ke-27 menyampaikan upskilling menjadi hal utama yang harus dibudayakan dan dilakukan secara berkala agar masyarakat Indonesia dapat terus beradaptasi dengan kondisi perekonomian saat ini, baik melalui pengembangan pembelajaran bahasa asing maupun teknologi.
“Kita harus berani berkembang, bersaing, dan menginternasionalisasikan diri, sehingga dapat memberikan dampak besar yang positif pada kinerja dan pertumbuhan Indonesia secara keseluruhan,” ujar Gita dikutip dari keterangan resmi yang diterima Marketeers pada Rabu (9/10/2024).
BACA JUGA Kurang Diminati, Pendapatan Iklan X Akan Turun Signifikan
2. Pengembangan sektor industri utama di Indonesia
Diversifikasi ekonomi merupakan langkah krusial dalam mengurangi ketergantungan pada industri tradisional dan membuka peluang kerja baru yang lebih luas.
Artinya, diperlukan pengembangan sektor baru seperti manufaktur, pariwisata, dan hospitality untuk membuka peluang kerja yang lebih luas dan menciptakan ketahanan ekonomi yang lebih kuat.
3. Dukungan Penuh dari Pemerintah
Hal lainnya yang tak kalah penting adalah adanya dukungan dari pemerintah. Dukungan kebijakan moneter dan fiskal yang tepat dari pemerintah, serta kolaborasi aktif dengan sektor swasta, merupakan salah satu kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi dan menciptakan ekosistem kerja yang sehat, yang mana kebijakan-kebijakan ini akan mengurangi berbagai resiko lain seperti inflasi maupun defisit.
4. Peluang kerja di luar pulau Jawa
Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya menciptakan peluang kerja baru di luar Pulau Jawa, terutama di tengah kemajuan teknologi. Dengan proyeksi bahwa sekitar 85 juta pekerjaan terancam hilang pada 2025 akibat otomatisasi, pembukaan lapangan kerja baru di wilayah luar Jawa menjadi sangat penting untuk pemerataan ekonomi nasional.
Editor: Ranto Rajagukguk