Pasar aplikasi seluler terus berkembang. Sebab itu, pemasar aplikasi harus gesit dan mudah beradaptasi, merangkul tren dan teknologi terbaru agar berhasil menjalankan bisnisnya.
Memasuki tahun 2025, ada empat tren utama yang akan membentuk strategi pemasaran digital untuk pelaku bisnis aplikasi seluler. Mengikuti tren ini tentu akan membantu merek menjangkau lebih banyak pengguna dan meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.
Lantas, apa saja trennya, berikut empat tren marketing di sektor aplikasi seluler yang dikutip dari laman perusahaan pengembang aplikasi mobile asal Jerman, AVOW:
1. Digital Markets Act (DMA) Membuka Peluang Baru
Digital Markets Act (DMA) terus mendorong persaingan yang lebih sehat dalam ekosistem periklanan seluler dengan mengurangi dominasi toko aplikasi utama.
Peraturan ini memungkinkan toko aplikasi alternatif yang dioperasikan oleh produsen ponsel seperti Samsung, Xiaomi, dan Huawei berkembang pesat.
Di Indonesia, regulasi serupa tengah dipertimbangkan, mengikuti langkah India, Inggris, dan Jepang. Dengan lebih banyak opsi distribusi, merek dapat memperluas jangkauan mereka tanpa bergantung pada platform tradisional.
BACA JUGA: Dukung Ekosistem Pemasaran, MPMInsurance Beri Apresiasi untuk Agen
2. Pergeseran ke Toko Aplikasi Alternatif
Pengembang dan pemasar semakin banyak yang beralih dari toko aplikasi utama ke platform alternatif milik OEM.
Selain lebih hemat biaya, toko aplikasi ini menawarkan akses ke pengguna yang belum terjangkau oleh platform tradisional dan memungkinkan strategi periklanan yang lebih efektif.
Regulasi yang mendukung ekosistem terbuka semakin mempercepat transisi ini, menciptakan peluang baru bagi perusahaan dalam mendistribusikan aplikasi.
3. Quick Commerce (Q-Commerce) Kian Berkembang
Gaya hidup yang serba cepat dan urbanisasi mendorong pertumbuhan Quick Commerce atau Q-commerce di Indonesia. AVOW mencatat, pada tahun 2025, nilai pasar Q-commerce diperkirakan mencapai Rp 51 triliun dan meningkat menjadi Rp 65,3 triliun pada 2029.
Dengan tingkat penetrasi baru sekitar 7,5%, ada potensi besar bagi merek untuk mengembangkan strategi pemasaran berbasis mobile guna menjangkau lebih banyak pengguna.
BACA JUGA: Strategi Pemasaran Modern: Panduan untuk Menghadapi Tantangan Digital
“Pasar Q-commerce di Indonesia masih memiliki ruang besar untuk bertumbuh. Merek yang ingin memperluas jangkauan harus mulai mengoptimalkan saluran pemasaran seluler untuk meningkatkan skala bisnis mereka,” ujar Julie Huang, Director of Business Development untuk Asia Tenggara dan Pasifik (APAC) AVOW, dikutip Senin (24/2/2025).
4. E-Commerce dalam Aplikasi Menjadi Tren Utama
E-commerce dalam aplikasi semakin populer di platform media sosial seperti Instagram dan TikTok. Fitur ini memungkinkan pengguna menemukan, berinteraksi, dan membeli produk tanpa harus keluar dari aplikasi.
Dengan semakin banyak merek yang mengadopsi strategi ini, pengalaman belanja online menjadi lebih mulus dan tingkat konversi semakin meningkat.
Mengikuti tren pemasaran seluler ini akan membantu perusahaan tetap relevan di era digital yang terus berubah. Adaptasi terhadap regulasi, diversifikasi saluran distribusi, dan pemanfaatan teknologi pemasaran baru akan menjadi kunci sukses dalam memenangkan persaingan sepanjang tahun 2025.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz