Mengenal FANUC, Manufaktur Robot yang Mengubah Industri

marketeers article
FANUC

Anda mungkin belum pernah mendengar tentang FANUC, produsen terbesar di industri robotika. Didirikan pada tahun 1956, perusahaan asal Jepang ini menjadi vendor bagi pabrikan mobil Ford dan Tesla, hingga mensuplai logam untuk iPhone.

Perusahaan ini membedakan dirinya dari pesaing dengan menonjolkan brand identity lewat warna kuning cerah yang membalut robot buatan mereka. Warna kuning itu juga menjadi warna dari pabrik, kantor, serta seragam yang dikenakan karyawan.

FANUC menjadi buah bibir di kalangan broker saat ini. Sahamnya melonjak 35% selama enam bulan terakhir, lebih dari dua kali lipat rata-rata keuntungan saham yang diperdagangkan bursa Nikkei Jepang. Apalagi, pasar robotika tengah melaju. Menurut International Federation of Robotics, penjualan unit robot untuk kepentingan industri tumbuh 15% pada tahun 2015, sedangkan revenue-nya meningkat 9% menjadi US$ 11 miliar.

Pada tahun 2016 omzet industri robotika di Amerika Utara naik 14% menjadi US$ 1,8 miliar. ABI Research, perusahaan konsultan di AS menganggap bahwa penjualan industri robotika akan naik tiga kali lipat pada tahun 2025. Sementara itu, Bank Barclays memperkirakan bahwa antara tahun 2016 hingga 2020, penjualan mesin robotika akan meningkat lebih dari sepuluh kali lipat.

Selama ini, cerita yang paling sering didengar orang tentang robot adalah mereka akan menggantikan pekerjaan manusia. Keyakinan ini semakin didukung lewat sebuah laporan terbaru yang dipublikasikan National Bureau of Economic Research. Lembaga ini memperkirakan bahwa setiap satu tambahan robot baru dalam perekonomian Amerika, dapat mengurangi sekitar 5,6 pekerja.

Selain mampu meningkatkan produktivitas, otomatisasi dinilai dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi manusia, atau setidaknya merelokasi mereka.

Adopsi robot turut membuat beberapa produsen menjadi lebih ekonomis, apalagi bagi perusahaan yang berbasis di negara negara dengan upah yang tinggi. Dengan otomatisasi, produsen tak perlu me-re-shore produksinya ke negara-negara lapis dua dan tiga. Seperti yang dilakukan oleh merek pakaian olahraga Adidas, yang pada tahun ini mulai memproduksi sepatu sneakers di pabriknya di Jerman yang dikelola oleh 160 robot.

Akan tetapi, relasi antara otomatisasi dan dunia kerja tidak segampang yang dipikirkan. Salah satu tren yang kini terjadi adalah pertumbuhan “robot kolaboratif”, atau mesin robot yang lebih kecil, lebih mudah dimodifikasi, dan dirancang untuk bekerja dengan manusia.

Ketika meluncurkan robot kolaboratif pertama CR-35iA, FANUC tidak menggunakan warna kuning, melainkan biru. “Jika kemudian hari ada warna-warna lain seperti merah, jingga, atau hijau, artinya pasar robotika tengah berkembang pesat,” begitu anekdot yang kerap dilontarkan banyak orang tentang FANUC.

Arti lainnya adalah pekerjaan umat manusia bakal segera tergantikan oleh mesin buatan yang justru dibuat oleh manusia itu sendiri. Ironiskah?

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related