Dari Desa Wisata untuk Indonesia yang Lebih Besar

marketeers article
Menteri Eko Putro Sandjojo saat mengunjungi URW 2017 di Ubud Bali

The 4th Ubud Royal Weekend memiliki tema “Entrepreneurship, Culture, and Tourism”. Tema ini pun difokuskan pada pengembangan lingkungan pedesaan. Hal tercermin dari turut diresmikannya Program Pengembangan Desa Wisata Indonesia yang didukung oleh tiga kementerian, yakni, Kementerian Pariwisata RI, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (DPDTT) RI, serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) RI. Ubud dianggap dapat menjadi percontohan yang tepat bagi pengembangan desa wisata di Indonesia. Tidak hanya sebagai destinasi wisata, Ubud telah mampu menyelaraskan wirausaha UKM dan juga mengembangkan desanya sebagai upaya untuk menarik wisatawan.

“Sebetulnya tidak pantas ada orang miskin di negara ini. Bagaimana tidak, saat ini posisi Indonesia ada di 15 besar di jajaran negara G20 yang memegang kekuatan ekonomi dunia. Penduduk kita nomor 4 terbesar di dunia, hutan tropis kita nomor 2, garis pantai nomor 2 terluas. Indonesia pun punya 700 bahasa dan dialeg dari 17 ribu pulau. Potensi negeri ini besar sekali,” jelas Menteri DPDTT Eko Putro Sandjojo

Eko juga mengatakan bahwa selama ini telah banyak dana yang dikerahkan untuk pembangunan desa. Dan menjadikan wilayah desa sebagai tempat wisata merupakan salah satu langkah percepatan dalam membangun dan memajukan wilayah pedesaan di Indonesia.

Tidak ketinggalan, Kementerian Koperasi dan UKM RI juga turut mendukung program menyukseskan desa wisata di Indonesia. Pihaknya ingin melengkapi dari sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Menurutnya, UMKM akan bisa menjadi klop bila dipadukan dengan desa wisata.

Selain itu, Kementerian KUKM juga mendorong agar koperasi di desa aktif dan kreatif dalam pembentukan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Selain itu, diharapkan desa-desa ini juga turut mengembangkan program homestay dan desa wisata. Kementerian ini juga siap mendukung. Mereka memiliki program pelatihan, dukungan pemasaran dan promosi, hingga pembiayaan malalui KUR dengan bunga yang realitf rendah, yakni 9%.

“Melalui BUMDES, potensi desa wisata sangat bisa dipertimbangkan untuk dikelola karena sektor ini cukup menjanjikan. Kuncinya adalah desa itu harus fokus dalam membesarkan potensi daerahnya,” imbuh Eko.

Sementara dari Kemenpar menyebutkan bahwa desa Wisata itu bisa berfungsi ganda. Bisa sebagai amenitas dengan homestay, akomodasi di rumah penduduk yang sudah sadar wisata. Juga bisa sebagai atraksi, karena berada dalam atmosfer kehidupan masyarakat desa yang hommy, kaya dengan sentuhan budaya, dan nuansa kekeluargaan yang belum tentu bisa ditemukan di negara lain.

“Di Kemenpar kami punya tiga program besar. Salah satunya adalah homestay pariwisata. Program ini telah kami koordinasikan dengan Menteri DPDTT. Kami pun sudah sadar bahwa Indonesia harus menjalankan Indonesia incorporated. Dan, Kekuatan hospitality dari Ubud ini diharapkan bisa ditularkan,” jelas Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Hiramsyah S. Thaib.

Sepakat dengan Hiramsyah, Eko pun menekankan kesatuan dari seluruh elemen negeri ini. Desa-desa di Tanah Air sebetulnya punya potensi besar untuk menyumbang PDB Indonesia. Kuncinya adalah fokus pada pengembangan potensi yang ada. Selain itu, saya tekankan jika kita bersatu, negara ini pasti akan besar,” tutup Eko.

Related

award
SPSAwArDS