5 Cara Ciptakan Pengalaman Pelanggan yang Dipersonalisasi

marketeers article
Ilustrasi (Sumber: 123RF)

Tampil menonjol di pasar yang sudah ramai kini menjadi sangat menantang, terutama bagi bisnis usaha mikro, kecil dan menengah (UKM). Saat ini, untuk menarik perhatian pelanggan membutuhkan pendekatan baru.

Konsumen tidak lagi ingin diarahkan dan digiring ke arah produk yang serupa. Sebaliknya, mereka ingin merasa istimewa. Mereka menginginkan pengalaman unik yang dibuat khusus.

Merek atau perusahaan yang melakukan personalisasi pengalaman pelanggan sudah tepat. Bahkan, 90% pemasar melihat ROI yang positif setelah berinvestasi dalam kampanye yang dipersonalisasi.

BACA JUGA: Intip Strategi Nutrifood Bangun Awareness lewat Strategi Digital Marketing

Perusahaan ini rata-tata memperoleh pendapatan 40% lebih banyak daripada merek yang tidak menggunakan strategi personalisasi. Sayangnya, selama beberapa dekade terakhir, konsumen menjadi tidak peka terhadap metode personalisasi yang kuno dan membosankan.

Kemunculan teknologi membuka peluang baru dalam bidang personalisasi yang memungkinkan perusahaan untuk berhasil mencapai tingkat hyper-personalization yang mengesankan. Dikutip dari Entrepreneur, berikut lima strategi dalam menjalankan personalisasi pemasaran bagi merek:

1. Personalisasi yang Didukung AI

Pada masa lalu, perusahaan hanya mampu mempersonalisasi pemasaran dan pengalaman pelanggan untuk demografi yang lebih luas, seperti jenis kelamin, usia, status ekonomi, dan lokasi geografis. Tentu saja, konsumen masih dapat memiliki berbagai kebutuhan, minat, dan preferensi yang berbeda meskipun berada dalam kelompok yang sama.

BACA JUGA: Strategi Telkomsel Pastikan Kesuksesan Digital Marketing lewat 3 Fase

Munculnya kecerdasan buatan (AI) mengubah cara perusahaan dalam mempersonalisasi pelanggan mereka dengan memungkinkan pengalaman pelanggan disesuaikan dengan tingkat yang sangat spesifik. AI memiliki kekuatan untuk menciptakan pemasaran dan konten yang unik bagi ribuan pelanggan berdasarkan puluhan basis data yang berbeda.

2. Pengalaman Interaktif

Konsumen tidak hanya ingin membeli produk; mereka juga ingin mendapatkan pengalaman yang menarik dan berkesan. Inilah sebabnya mengapa pemasaran berdasarkan pengalaman memiliki tingkat keberhasilan hampir 40%.

Di dunia digital, peluangnya hampir tidak terbatas. Mengintegrasikan pengalaman dengan personalisasi adalah strategi yang jitu.

Coca-Cola mencapai hal ini dengan memperkenalkan Freestyle Machines mereka yang memberikan pengalaman interaktif, sementara pelanggan mempersonalisasi kombinasi rasa mereka sendiri. Pengalam ini tidak harus ada di dunia nyata.

BACA JUGA: 5 Cara Menyusun Strategi Marketing yang Lebih Humanis

Merek juga dapat menggunakan augmented reality (AR) atau virtual reality (VR) untuk menciptakan pengalaman digital yang sepenuhnya unik bagi setiap pelanggan.

3. Personalisasi dengan Dukungan Suara

Makin banyak perangkat dan aplikasi yang menggabungkan fitur dengan dukungan suara, asisten digital, dan chatbot untuk membantu konsumen menjalankan tugas sehari-hari. Fitur itu disediakan untuk mengumpulkan data penting dan mempelajari preferensi dan rutinitas pengguna melakukan interaksi rutin.

Informasi ini, termasuk dengan preferensi yang telah ditentukan, sekaligus aktivitas sebelumnya. Hal itu dapat digunakan untuk mengirimkan rekomendasi yang dipersonalisasi.

4. Personalisasi Lintas Saluran

Personalisasi lintas saluran telah muncul sebagai strategi penting bagi bisnis yang bertujuan untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang seamless dan menyeluruh di berbagai titik sentuh. Dalam lanskap digital yang saling terhubung saat ini, pelanggan mengharapkan konsistensi dan relevansi dari saluran yang mereka gunakan.

Sebagai contoh, sebuah merek ritel dapat merekomendasikan produk yang dipersonalisasi kepada pelanggannya berdasarkan pembelian sebelumnya dan riwayat penelusuran saat mengunjungi situs web mereka. Kemudian, ketika pelanggan yang sama mengunjungi toko fisik merek tersebut, mereka dapat melanjutkan interaksi dengan mengirimkan promosi yang ditargetkan melalui aplikasi seluler yang melengkapi preferensi belanja online mereka.

Dengan memanfaatkan analitik canggih, algoritme dengan AI, dan platform data pelanggan, bisnis dapat memperoleh gambaran tentang preferensi dan perilaku individu, sehingga mereka dapat menyesuaikan konten, penawaran, dan interaksi di setiap saluran.

5. Analis Prediktif

Analis prediktif membawa personalisasi ke tingkat berikutnya dengan memanfaatkan data canggih untuk mencoba memprediksi perilaku konsumen di masa depan atau mengantisipasi kebutuhan mereka. Contoh yang paling jelas adalah Amazon, yang menggunakan analis prediktif untuk menganalisis perilaku pembelian pada masa lalu, riwayat penelusuran, dan data demografis demi merekomendasikan produk yang dipersonalisasi kepada pembeli.

Dengan memanfaatkan analis prediktif, bisnis dapat meramalkan preferensi pelanggan, mengidentifikasi tren, dan secara proaktif menawarkan rekomendasi dan promosi yang disesuaikan. Pendekatan strategis ini tidak hanya meningkatkan kepuasan pelanggan, tetapi juga mendorong penjualan dan menumbuhkan loyalitas jangka panjang.

Personalisasi lebih dari sekadar menysuaikan pesan pemasaran untuk mendapatkan penjualan. Manfaat yang mendasarinya jauh lebih dalam.

Mempersonalisasi pengalaman pelanggan adalah cara yang tepat untuk membangun hubungan dengan pelanggan dan meningkatkan loyalitas merek. Hal ini pada gilirannya, akan menghasilkan pelanggan yang lebih setia.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related