50 Juta Serangan Siber Incar Asia Tenggara, Indonesia Terbanyak

marketeers article
Kaspersky: Serangan Siber di Indonesia Menurun pada Tahun 2022 (FOTO: 123RF)

Data terbaru dari perusahaan keamanan siber Kaspersky menunjukkan sebanyak 49.042.966 ancaman lokal yang berupaya menginfeksi perusahaan di wilayah Asia Tenggara berhasil diblokir oleh solusi bisnis Kaspersky pada tahun 2022. Jenis serangan banyak terjadi pada perusahaan di Indonesia sebanyak 19.614.418 insiden, Vietnam dengan 17.834.312 insiden, dan Thailand dengan 5.838.460.

Selain itu juga, sebanyak 3.841.548 ancaman lokal yang mengincar bisnis di Malaysia telah berhasil dicegah oleh Kaspersky, 1.585.384 di Filipina, dan 328.844 di Singapura. Statistik ini menunjukkan lanskap program berbahaya yang ditemukan langsung di komputer pengguna atau media yang dapat dilepas dan terhubung dengannya (flash drive, kartu memori kamera, ponsel, hard drive eksternal), atau yang awalnya masuk ke komputer dalam bentuk tidak terbuka (misalnya, program dalam penginstal kompleks, file terenkripsi, dll.).

BACA JUGA: Kaspersky Ungkap Risiko Keamanan Gunakan Kunci Pintar

Meski ancaman lokal terhadap perusahaan di Asia Tenggara lebih tinggi dibandingkan dengan ancaman online yang dimonitor dan diblokir oleh Kaspersky tahun lalu, penurunan stabil juga terlihat dari tahun ke tahun.

BACA JUGA: Survei Kaspersky: 62% Manajer Puncak Sering Salah Paham dengan TI

Puncak pandemi pada tahun 2020 memperlihatkan 92 juta infeksi lokal yang dicegah oleh Kaspersky. Kemudian angka tersebut menurun pada tahun 2021 dengan 69 juta insiden dan kembali turun lebih jauh tahun lalu dengan 49 juta insiden, hampir setengah dari jumlah total tahun 2020. 

“Terlepas dari tren penurunan, bisnis atau perusahaan tetap harus waspada karena USB yang dipersenjatai dan drive yang dapat dilepas masih dapat menjadi sumber malware efektif yang dapat membahayakan jaringan, server, bahkan perangkat keras Anda,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.

Perlindungan terhadap serangan offline tidak hanya membutuhkan solusi antivirus yang mampu menangani objek yang terinfeksi, tetapi juga firewall, fungsi anti-rootkit, dan kontrol atas perangkat yang dapat dipindahkan.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related