Tak sedikit profesional muda yang merasa sudah memenuhi semua kriteria untuk naik gaji atau promosi, tetapi tetap saja harus menerima kenyataan pahit. Mulai dari gaji stagnan, promosi tak kunjung datang, bahkan rekan kerja yang kontribusinya tak seberapa justru lebih dulu melesat.
Ternyata, ada beberapa kebiasaan kecil yang kerap dilakukan tanpa disadari dan justru menjadi penghambat utama kenaikan gaji. Kebiasaan ini tak hanya memengaruhi citra profesional Anda, tetapi juga bisa membuat atasan atau klien ragu untuk memberikan apresiasi lebih.
Melansir Forbes, berikut tujuh kebiasaan yang sebaiknya mulai Anda hindari jika ingin pendapatan Anda terus bertumbuh:
BACA JUGA: Tips Sukses Wawancara Kerja untuk Introvert, Tak Ada Lagi Rasa Gugup!
Sering Merendahkan Diri saat Berbicara
Omongan seperti “saya hanya membantu sedikit…” atau “itu cuma tugas kecil…” mungkin terdengar rendah hati, namun justru dapat membuat nilai Anda tampak kecil di mata orang lain. Kebiasaan ini bisa melemahkan posisi Anda saat negosiasi gaji atau evaluasi kinerja.
Karena itu, mulai sekarang, gunakanlah kalimat yang menunjukkan kontribusi nyata. Misalnya, “Saya memimpin proyek…” atau “Saya mengusulkan strategi yang berdampak pada peningkatan penjualan…”.
Terlalu Selektif Melamar Pekerjaan atau Proyek
Jika hanya melamar posisi yang 100% sesuai dengan latar belakang Anda, itu sama saja Anda membatasi peluang untuk naik gaji atau berkembang. Menurut studi Harvard Business School, banyak kandidat menunggu sampai memenuhi semua syarat sebelum berani melamar.
Padahal, melamar ketika Anda telah memenuhi sekitar 70% kriteria saja sudah cukup. Makin banyak tantangan yang diambil, justru kian besar pula peluang Anda untuk tumbuh, termasuk dalam hal penghasilan.
Gagal Menceritakan Pencapaian secara Terstruktur
Salah satu alasan Anda sulit mendapat promosi atau proyek dengan bayaran lebih tinggi adalah tak mampu menjelaskan pencapaian dengan jelas. Banyak orang hanya menjawab pertanyaan wawancara secara umum tanpa menunjukkan dampak konkret dari kinerjanya.
Karena itu, cobalah gunakan metode STAR (Situation, Task, Action, Result) untuk menjelaskan hasil kerja Anda. Tambahkan pula angka, data, dan hasil nyata supaya pencapaian Anda lebih meyakinkan.
BACA JUGA: Rekrutmen Gunakan AI untuk Seleksi CV, Akali dengan Cara Ini
Kurang Aktif Menjaga Jejak Digital
Memiliki akun LinkedIn atau portofolio online saja belum cukup. Jika Anda tidak aktif menunjukkan keahlian dan pemikiran profesional, maka sulit untuk menarik perhatian perekrut atau klien yang bersedia membayar mahal.
Untuk itu, mulailah berbagi wawasan di media sosial profesional, menulis artikel, atau terlibat dalam diskusi online seputar bidang Anda. Kredibilitas online dapat menjadi kunci kenaikan gaji pada era digital saat ini.
Mengabaikan Peran Pribadi dalam Kerja Tim
Dalam tim, kerja sama memang penting. Akan tetapi jika Anda terus menerus mengatakan “kami” tanpa menjelaskan kontribusi pribadi Anda, maka orang lain tidak akan tahu seberapa besar nilai yang Anda bawa.
Saat menjelaskan pencapaian tim, lanjutkanlah dengan penjabaran peran Anda secara spesifik. Misalnya, “Kami meluncurkan aplikasi baru, dan saya bertanggung jawab menguji fitur sekaligus memberikan masukan pengembangan.”
Tidak Meminta Kenaikan Gaji dengan Strategi yang Tepat
Banyak orang hanya berkata, “Saya ingin naik gaji,” tanpa mempersiapkan data yang mendukung. Ini membuat permintaan Anda mudah ditolak karena tidak ada dasar yang meyakinkan.
Sebelum mengajukan kenaikan gaji, kumpulkan bukti kontribusi, pencapaian, dan bandingkan dengan standar industri. Kemudian, ajukan permintaan secara profesional dan dengan waktu yang tepat, misalnya setelah menyelesaikan proyek besar.
Tidak Mengembangkan Personal Branding
Gaji tinggi sering kali diberikan pada orang yang dikenal memiliki nilai lebih di bidangnya. Jika Anda tidak punya positioning atau citra profesional yang jelas, akan sulit untuk meyakinkan atasan atau klien bahwa Anda layak dibayar lebih.
Maka dari itu, bangunlah personal branding yang kuat. Ini bisa dilakukan dengan menunjukkan keahlian, nilai unik, dan kontribusi Anda secara konsisten, baik di tempat kerja maupun di dunia digital.
Editor: Ranto Rajagukguk