70% Gen Z Anggap Posisi Manajerial Tak Sepadan dengan Beban Kerja

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Gen Z kerap mendapat stigma sebagai generasi yang malas bekerja, sering terlambat, dan kurang memiliki etos kerja. Namun, berbagai survei justru menunjukkan bahwa masalahnya bukan soal kemalasan, melainkan ketidaktertarikan mereka terhadap dunia kerja saat ini.

Laporan dari Robert Walters yang dikutip dari Fortune mengungkapkan bahwa hampir 70% Gen Z menganggap posisi manajerial tidak sepadan dengan beban kerja yang ditanggung. Bahkan, setengah dari mereka tidak tertarik untuk mendapatkan promosi.

Faktor seperti kurangnya bimbingan dari senior, terbatasnya interaksi langsung akibat sistem kerja hybrid, serta lingkungan kerja yang dianggap tidak autentik semakin membuat mereka enggan terlibat lebih jauh dalam dunia kerja.

BACA JUGA: 5 Tips agar Kerja Tetap Fokus dan Produktif saat Berpuasa

Survei lain dari Gallup juga menunjukkan bahwa 69% Gen Z dan Milenial muda tidak merasa terlibat, bahkan aktif tidak terlibat dalam pekerjaan mereka. Ini bukan semata karena mereka malas, tetapi lebih karena ekspektasi mereka terhadap dunia kerja berbeda dengan generasi sebelumnya.

Alih-alih mengejar karier, Gen Z lebih memprioritaskan keseimbangan hidup, keadilan di tempat kerja, serta nilai-nilai yang selaras dengan prinsip mereka. Inilah sebabnya, mereka cenderung skeptis terhadap dunia kerja yang masih menerapkan sistem tradisional yang hierarkis.

Gen Z juga terbiasa memiliki audiens di media sosial, sehingga mereka tak segan menyuarakan pendapatnya. Karena itulah, lingkungan kerja yang kurang memberikan ruang bagi inovasi dan kebebasan berekspresi, mereka merasa sulit untuk berkembang.

BACA JUGA: 6 Tips Mengatasi Tantangan sebagai Squeezed Leader

Tips Mengatasi Tantangan Ini

Daripada terus mengkritik Gen Z sebagai generasi yang malas atau tidak disiplin, perusahaan perlu beradaptasi dengan cara kerja mereka. Manajer perlu lebih aktif membangun komunikasi yang efektif, memberikan mentoring secara langsung, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih fleksibel dan bermakna.

Selain itu, memberikan kesempatan bagi Gen Z untuk menyampaikan ide dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan bisa menjadi langkah yang baik. Dengan begitu, mereka bisa melihat nilai dari pekerjaan mereka dan merasa lebih dihargai.

Masalah ini bukan terletak pada malas atau tidaknya Gen Z, tetapi pada bagaimana dunia kerja saat ini belum cukup menarik bagi mereka. Jika perusahaan ingin mempertahankan tenaga kerja muda ini, mereka harus mulai beradaptasi dan memberikan pengalaman kerja yang lebih relevan dengan nilai-nilai yang dipegang oleh Gen Z.

Editor: Tri Kurnia Yunianti

Related

award
SPSAwArDS