Ada Virus Corona, Investor Diminta Lebih Peka dan Sensitif

marketeers article
Ilustrasi investasi. Foto: www.123rf.com

Memasuki bulan Februari kondisi perekonomian global cukup mengkhawatirkan. Di tengah isu perang dagang antara China dan Amerika Serikat, kini muncul dampak dari endemik virus Corona di China.

Pada kondisi ini investor diminta untuk lebih menaruh perhatian dan peka dalam melihat dan menentukan langkah di market. Hal ini disampaikan oleh Managing Director Bareksa Prioritas Ricky Rachmatulloh. Ia menilai bahwa merebaknya virus Corona turut mempengaruhi sentimen pasar dan menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup negatif hingga di akhir perdagangan bursa di bulan Januari 2020.

“Kami mengarahkan investor agar tetap investasi di market namun dengan lebih sensitif dalam mengambil keputusan untuk menentukan alokasi asetnya,” terang Ricky.

Ia beralasan bahwa beberapa korporasi global sudah merilis laporan keuangannya yang terlihat rata-rata sesuai ekspektasi. Dilansir dari Bloomberg, dari perusahaan-perusahaan S&P 500 yang telah merilis laporan keuangannya sejauh ini, sekitar 67% perusahaan tersebut telah membukukan laba yang lebih baik dari perkiraan.

Selain itu, dari dalam negeri, kinerja Rupiah terpantau menguat dengan kenaikan signifikan sejak awal tahun yang terus mengalami rally lebih dari 2%. Hal ini semakin menjadi alasan untuk menguatkan tingkat optimisme investor agar tidak melakukan aksi cut-loss kendati isu regional tengah menunjukkan gejala siaga.

Disinggung soal minat investor high net-worth alias orang-orang kaya dalam merespon kondisi market bulan ini, Ricky menyebutkan, investor memilih untuk bertahan di market namun mengambil opsi yang lebih terukur, yakni di produk-produk Reksa Dana Pasar Uang yang dapat digunakan sebagai “tempat parkir” sementara sambal secara bertahap mengambil momentum masuk ke pasar saham atau obligasi jangka menengah dan panjang.

“Investor high net-worth cenderung tidak terlalu gegabah dalam melihat fenomena-fenomena seperti ini. Selain dari anjuran kami untuk tetap peka dan sensitif pada isu regional, agaknya secara karakter, investor memiliki preferensinya sendiri dalam menentukan kapan harus keluar dan masuk ke market,” tambahnya.

Baginya hal ini cukup strategis, mengingat di situasi seperti ini, ia kerap menganjurkan investor untuk tetap investasi di market dan menunggu momen yang tepat untuk menambah porsinya atau kembali masuk ke market.

Related