Adu Strategi Jitu Gaet Pasar dari Bisnis Kopi di Indonesia

marketeers article
Bisnis Kopi: Antara Budaya, Adiksi, dan Strategi Pasar. (123rf.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan bisnis kopi di Indonesia menjadi fenomena menarik. Dengan budaya ngopi yang semakin mengakar, kemunculan berbagai merek coffee shop seperti Tomoro, Kopi Kenangan, hingga Starbucks telah mengubah lanskap industri ini menjadi lebih dinamis.

Ignatius Untung, seorang Praktisi Pemasaran dan Behavioral Science, menggambarkan fenomena ini sebagai “kompetisi tanpa akhir dalam industri yang menguntungkan”.

BACA JUGA: 3 Tren Kopi yang Diprediksi Mendunia Tahun 2025

“Indonesia adalah produsen kopi terbaik dunia, dengan suplai melimpah dan harga yang kompetitif. Ditambah dengan kandungan adiksi dalam kopi, industri ini menciptakan loyalitas konsumen secara alami,” jelas Untung dalam Program Market Think 141, Marketeers TV.

Ia menambahkan bahwa konsumsi kopi bukan lagi sekadar kebutuhan individu, tetapi juga telah menjadi budaya sosial yang melibatkan kelompok.

Selain budaya, aspek fisiologis dari konsumsi kopi juga menjadi kunci keberhasilan bisnis ini. Kandungan kafein dalam kopi mampu menghambat reseptor adenosin di otak, menciptakan efek anti-kantuk dan meningkatkan energi.

“Efek ini memberikan rasa puas yang membuat konsumen kembali lagi. Bahkan, konsumsi kopi sering kali meningkat dari waktu ke waktu, menciptakan pola ketergantungan yang tak disadari,” tambah Untung.

Dari sisi bisnis, kopi menawarkan margin keuntungan yang menarik. Dengan biaya produksi yang rendah, setiap cangkir kopi dapat memberikan margin hingga 65%.

Selain itu, biji kopi memiliki masa simpan panjang, sehingga risiko kerugian akibat produk kadaluarsa lebih kecil dibandingkan produk lain.

“Kombinasi antara permintaan yang tinggi, loyalitas konsumen, dan margin besar menjadikan bisnis kopi sebagai salah satu sektor yang menjanjikan,” tegasnya.

Namun, dengan semakin banyaknya pemain dalam industri ini, strategi menjadi elemen kunci untuk bertahan. Tomoro, salah satu merek baru di industri kopi, menawarkan pendekatan unik dalam menjalankan bisnisnya.

“Tomoro memahami bahwa lokasi adalah segalanya. Mereka fokus membuka outlet di area dengan konsentrasi target pasar tinggi seperti kampus, gedung perkantoran, dan kawasan tongkrongan anak muda,” ungkap Untung.

Tomoro juga memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan loyalitas konsumen. Aplikasi mereka memungkinkan pemesanan digital, baik untuk pengambilan langsung maupun pengiriman.

“Dengan aplikasi ini, mereka tidak hanya menghemat biaya promosi tetapi juga memahami perilaku konsumen secara mendalam, memungkinkan personalisasi layanan,” jelasnya.

Pendekatan fungsional juga diterapkan pada desain outlet Tomoro. Sebagian besar outlet dirancang kecil namun efisien, terutama di area perkantoran.

Sebaliknya, outlet di kawasan tongkrongan cenderung lebih besar untuk mengakomodasi kebutuhan sosial konsumen.

“Mereka tahu betul bahwa kopi sering dikonsumsi bersama, sehingga outlet mereka menjadi tempat yang nyaman untuk berbincang dan berkumpul,” kata Untung.

BACA JUGA: Barista Innovation Challenge Dorong Industri Kopi Tanah Air Mendunia

Fenomena ini menunjukkan bahwa kesuksesan bisnis kopi tidak hanya bergantung pada kualitas produk, tetapi juga pada pemahaman mendalam terhadap perilaku konsumen dan eksekusi strategi yang tepat.

Dengan pendekatan yang adaptif, merek-merek seperti Tomoro membuktikan bahwa bahkan dalam pasar yang penuh sesak, peluang masih terbuka bagi mereka yang mampu memahami dan memenuhi kebutuhan pasar dengan cerdik.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS