OMG, brand kecantikan di bawah naungan Paragon Corp menempatkan affiliate marketing sebagai salah satu pilar krusial dalam strategi pemasaran. Langkah ini dilakukan mempertimbangkan lanskap pemasaran digital pun terus berkembang.
Ayu Tarantika, Brand Manager OMG mengungkapkan, affiliate marketing dilakukan sejalan dengan perkembangan teknologi.Terbukti dari semakin banyak brand yang menjalani pendekatan ini, termasuk OMG.
Ayu melihat affiliate marketing sebagai mesin penggerak conversion funnel dan sarana pemberdayaan bagi para kreator. Dia menilai strategi ini bukan sekadar tren sesaat.
“Perkembangan industri influencer marketing sekarang banyak macamnya. Ada yang basisnya untuk awareness, tapi ada juga yang langsung direct sales atau conversion. Nah, affiliate marketing ini menjadi salah satu pilar yang sangat penting untuk menopang conversion funnel untuk suatu brand,” ujar Ayu kepada Marketeers, dikutip Kamis (15/5/2025).
Bagi brand dengan basis online seperti OMG, channel digital memegang peranan vital. Menurut Ayu, inilah yang mendorong OMG untuk menciptakan ekosistem yang mendukung para kreator melalui berbagai program.
BACA JUGA Gandeng Dishub, OMG Gelar Program Mudik Gratis Berangkatkan 37 Ribu Pemudik
“Kami melihat fenomena affiliate marketing sebagai important pilar,” tutur Ayu.
Membawa misi pemberdayaan
Jauh sebelum popularitas affiliate marketing meledak, OMG telah memiliki visi untuk memberdayakan konsumennya. Langkah ini didasari pemahaman mendalam tentang target audiens OMG, yaitu masyarakat menengah ke bawah yang memiliki semangat hustle dan mencari penghasilan tambahan.
“Objektif kami itu sebenarnya perihal kebermanfaatan. Jadi kami selalu pengen memberikan manfaat balik kepada konsumen-konsumen target market kami gitu,” tutur Ayu.
Memanfaatkan multi-platform dan komunikasi yang terarah
Dalam memperkuat strateginya ini, OMG memanfaatkan berbagai platform, termasuk TikTok, Shopee, dan Lazada. Ayu mengatakan, gaya komunikasi pun disesuaikan dengan masing-masing budaya platform.
“Di Shopee, tautan afiliasi biasanya dibagikan melalui Instastory. Sementara Lazada memiliki program special member dengan blast informasi produk untuk dibagikan,” kata Ayu.
OMG memiliki dua tipe program affiliate yakni berbasis komunitas (community-based) yang tergabung dalam OMG Girlboss Creators dan terbuka untuk umum (public). Perbedaan utama antara keduanya terletak pada besaran komisi dan keuntungan tambahan.
Kendati demikian, Ayu menjelaskan, OMG tidak hanya fokus pada perekrutan affiliator, tetapi juga pada pembinaan dan pengembangan potensi mereka.
Melalui OMG Girlboss Creators, OMG mengadakan training eksklusif dan masterclass untuk meningkatkan kemampuan para affiliator.
“Kami punya tier loyalty untuk para affliator yang melihat performa dari masing-masing kinerja mereka,” jelas Ayu.
Selain itu, OMG juga mengadakan kompetisi dengan hadiah menarik untuk memotivasi para affiliateor, baik yang baru bergabung maupun yang sudah berpengalaman. Langkah ini menunjukkan komitmen OMG dalam membangun hubungan jangka panjang dan saling menguntungkan dengan para affiliate.
BACA JUGA OMG Creator Festival 2024 Hadir, Wadah untuk Mulai Perjalanan Jadi Kreator Konten
Dampak signifikan pada penjualan
Setelah beberapa tahun menjalani pendekatan ini, Ayu menjelaskan betapa besar dampak affiliate marketing terhadap penjualan OMG. Di era social commerce yang didominasi platform seperti TikTok, kemudahan berbelanja melalui link afiliasi menjadi game-changer.
“Di TikTok Shop yang cukup seamless karena dari video dan live stream, orang bisa langsung klik yellow card. Jadi mereka akan dengan mudah membeli produk saat kita menarik perhatian,” ungkap Ayu.
Pendekatan ini pun memiliki kontribusi besar bagi penjualan. Dengan ribuan affiliator, OMG layaknya memiliki “pasukan” penjualan tambahan yang tak terbatas oleh jam kerja atau kapasitas produksi konten internal.
Dari sekian banyak platform yang digunakan, Ayu mengungkap, TikTok menunjukkan dampak terbesar terhadap bisnis online OMG. Keunggulan TikTok terletak pada integrasi yang mulus antara konten dan transaksi.
Margin yang terukur
Dengan adanya skema komisi bagi para affiliator, tentu muncul pertanyaan mengenai dampaknya terhadap margin. Ayu menjelaskan, biaya affiliate marketing telah diperhitungkan dalam cost marketing perusahaan sejak awal.
“Kalau untuk manage margin, sudah diperhitungkan ke dalam cost tertentu. Entah itu selling cost-nya ataupun marketing cost. Nah itu sudah kami hitung sebagai bagian dari promosi,” terang Ayu.
Loyalitas menjadi kunci
Beberapa tahun melihat tren affiliate ini, Ayu mengamati bahwa affiliator yang fokus mempromosikan produk OMG cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang mempromosikan berbagai brand.
“Hal ini kemungkinan berkaitan dengan algoritma platform yang lebih mendukung affiliator yang memiliki fokus yang jelas. Selain itu, konsistensi dari para affiliator juga menjadi faktor kunci keberhasilannya,” kata Ayu.
Tren masa depan
Ke depan, OMG berencana untuk memperluas program afiliasinya dengan konsep micro-marketing di berbagai area. Langkah ini bertujuan untuk tidak hanya memberdayakan konsumen, tetapi juga memberikan manfaat kepada mitra bisnis OMG di daerah.
Melihat tren saat ini, Ayu optimistis affiliate marketing memiliki potensi yang jauh lebih besar di Indonesia.
“Di tengah kondisi ekonomi yang uncertain, affiliate marketing dapat menjadi alternatif penghasilan yang menarik bagi banyak orang,” ujarnya.
Ayu menambahkan, OMG juga berperan dalam meningkatkan skill para affiliator, menjadikan program ini tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memberikan nilai tambah dalam pengembangan diri.
Pendekatan affiliate marketing yang dijalankan oleh OMG menunjukkan bahwa strategi ini bukan sekadar tren, melainkan fondasi penting dalam ekosistem pemasaran digital masa kini.
Editor: Tri Kurnia Yunianto