Agar Bertahan, Bisnis Freight Forwading Harus Lakukan Transformasi Digital

marketeers article
52362118 global logistics network flat isometric illustration icons set of air cargo trucking rail transportation maritime shipping

Biaya logistik di Indonesia masih sangat mahal sebesar 24% dari PDB jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN seperti Singapur yang sudah mencapai 8% dari PDB. Padahal, biaya logistik merupakan faktor penentu yang memengaruhi produsen dalam menentukan harga jual dari suatu produk. Sedangkan bagi suatu negara hal tersebut akan memengaruhi pasar ekspor serta impor.

Menurut Roland Permana, Founder dan CEO Zonasea, yang menjadi penyebab biaya logistik meninggi salah satunya karena cargo imbalance. Ini merupakan kondisi pulau Jawa masih menjadi pusat dari pertumbuhan ekonomi, sehingga mengakibatkan inefisiensi pada transportasi laut karena kekurangan jumlah muatan balik dari wilayah atau daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang masih rendah terutama pada wilayah timur Indonesia.

Dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah, sekaligus mengurangi disparitas harga, pemerintah melalui program Tol Laut dengan konsep Ship Promote the Trade, menyiapkan kapal dan menciptakan jalur pelayaran ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP). Hal ini demi menjaga ketersediaan barang dan menjamin kelangsungan pelayanan angkutan muatan serta penumpang.

Untuk menopang konsep Tol Laut tersebut, Zonasea memberikan terobosan. Zonasea merupakan sebuah platform marketplace yang dapat menghubungkan pemilik kapal dengan pemilik muatan, yang umumnya berfokus pada angkutan curah, break bulk, angkutan cair, dan angkutan kimia melalui digital atau secara online.

“Kami berharap dengan adanya Zonasea, pemilik kapal juga dapat mengisi kekosongan untuk perjalanan pulangnya sehingga dari pihak pemilik kargo bisa mendapatkan biaya pengangkutan yang lebih murah daripada biasanya. Dengan platform ini, perusahaan kapal tidak hanya fokus melayani hanya satu komoditas saja, namun juga pada komoditas lainnya,” ujar Roland dalam webinar yang diselenggarakan oleh Logistic Today & Smart Logistics dengan tema Strategi Penguatan Transportasi Laut Untuk Meningkatkan Sektor Logistik Maritim di Indonesia, (13/03/2021).

Ia menambahkan industri maritim juga harus peka dalam menghadapi teknologi disruptif yang akan mengganggu atau bahkan merusak pasar yang sudah ada terutama di bisnis freight forwarder. Freight forwarder tidak dapat dihilangkan, tapi bisa digantikan oleh aplikasi digital.

“Aplikasi yang memungkinkan pelanggan untuk mencari penyedia transportasi yang paling murah, melacak keberadaan barang secara real time, memperkirakan waktu tiba, dan juga terhubung langsung dengan instansi yang terkait melalui NLE,” Ujarnya.

Selama pandemi COVID-19, memaksa pemerintah dan banyak perusahaan mempercepat proses transformasi digital yang selama ini berjalan lambat atau bahkan belum dijalankan sama sekali. Salah satunya adalah dengan program National Logistics Ecosystem (NLE). Sebuah platform yang menyelaraskan sistem informasi antara instansi pemerintah dengan swasta untuk simplikasi dan sinkronisasi arus informasi sejak kedatangan kapal hingga barang tiba di gudang, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi logistik nasional.

Teknologi juga dapat membuat pengiriman barang lebih mudah diakses oleh bisnis kecil. Membuka perdagangan global bagi usaha kecil dan menengah (UKM) yang sebelumnya harus berjuang untuk bersaing dengan pemain yang lebih besar.

 

 

    Related