Akhir Tahun, Asosiasi Proyeksi Pertumbuhan Industri Tekstil Capai 5%

marketeers article
Asosiasi Proyeksi Pertumbuhan Industri Tekstil Capai 5% Di Akhir Tahun (FOTO:123RF)

Proyeksi pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dapat mencapai 5% pada akhir tahun 2022 menurut Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI). Rizal Tanzil, Wakil Ketua Bidang Hubungan Pemerintah IKATSI mengatakan optimisme asosiasi lahir setelah pandemi yang mulai mereda.

Namun, Rizal tidak memungkiri ada beberapa halangan yang menjadi faktor penghambat pertumbuhan industri TPT. Menurutnya, selama ini pemerintah cukup suportif dalam mendukung pertumbuhan industri, namun beberapa kebijakan yang bersifat umum rupanya juga berdampak kepada industri TPT.

“Kami optimistis akhir tahun bisa tumbuh sekitar 5%. Cuma memang kami masih melihat sejauh mana elemen penghambat tadi bisa diantisiasi segera. Karena kenaikan harga batu bara terjadi secara drastis dan sebagian besar industri kecil masih menggunakan batu bara,” katanya saat dihubungi oleh Marketeers melalui sambungan telepon, Jumat (10/6/2022).

Selain itu, pertumbuhan industri tekstil juga bisa dipercepat dengan pemanfaatan bahan baku yang bisa diproduksi di dalam negeri. Pengurangan volume impor untuk bahan baku tekstil dapat memicu proyeksi pertumbuhan industri tekstil lebih tinggi.

“Jika bahan baku itu tidak bisa diproduksi di dalam negeri, kami tidak masalah. Tapi, jika bahan baku yang diimpor itu bisa diproduksi dalam negeri, maka sebaiknya untuk mendorong percepatan pemulihan ekosistem TPT nasional dari dalam negeri,” lanjutnya.

Lalu dari sisi produk impor yang membanjiri pasar domestik, pembatasan masuknya produk tekstil impor ke Indonesia juga menjadi langkah yang mendukung pertumbuhan industri tekstil. Sayangnya, data dari Kementerian Perindustrian dan Badan Pusat Statistik mencatat pada bulan Maret tahun 2022, setidaknya volume impor di industri tekstil mencapai 132,15 ribu ton.

Angka volume impor tersebut naik 11,18% dari bulan sebelumnya pada tahun yang sama. Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2021, angka volume impor tersebut masih naik sebanyak 7,45%. Sementara dari sisi nilai impor produk tekstil, nilai impor tekstil Indonesia pada bulan Maret mencapai US$ 728,35 juta atau setara Rp 10,8 triliun.

Nilai impor tersebut naik dengan persentase 23,33% dibandingkan nilai impor bulan Februari tahun 2022. Dibanding bulan yang sama tahun 2021, nilai impor bulan Maret tahun 2022 naik sebesar 38,01%. Dengan pasar yang sudah berangsur pulih, Rizal berharap pemerintah membatasi produk impor untuk mendulang proyeksi pertumbuhan industri tekstil yang lebih signifikan.

“Secara umum market sudah bagus, masyarakat sudah mulai pulih dari sisi ekonomi. Market domestik itu catatannya adalah perlindungan dari barang-barang impor yang berlebihan,” pungkasnya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related