Akibat COVID-19, IKM Makanan Sulit Peroleh Pasokan Bahan Baku

marketeers article
BALI, INDONESIA FEBRUARY 21, 2019: Traditional balinese morning market in Ubud, Bali island, island of Gods.

Pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) di sektor makanan terkena dampak pandemi, COVID-19. Sebagian pemain di sektor ini mengaku kesulitan dalam memperoleh pasukan bahan baku.

“Data yang kami terima, yaitu pasokan bahan baku IKM makanan sulit didapat dan harganya saat ini terbilang meningkat,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih IKMA di Jakarta, Sabtu (11/04/2020).

Adapun beberapa harga bahan baku yang melonjak, antara lain harga kedelai dari Rp 6.700 menjadi Rp 8.500. Kedelai saat ini masih mudah ditemui di Pulau Jawa, namun di luar Pulau Jawa, seperti Sulawesi, kedelai mulai sulit dicari.

Kemudian harga gula pasir, dari Rp 12.500 per kilogram (kg) menjadi Rp 18.000 per kg, bahkan ada yang mencapai Rp 21.000 per kg di Kota Palu. “Ada pembatasan pembelian gula pasir maksimal 3 kg. Jika ingin membeli kemasan bulk besar, harus di distributor dan dalam jumlah yang besar sekali,” ujar Gati.

Meroketnya harga juga terjadi pada bahan baku gula rafinasi, dari Rp 9.000 menjadi Rp 11.000, kemudian harga buah-buahan yang meningkat sekitar 20%, dan bahan baku susu segar naik dari Rp 6.500 per liter menjadi sampai Rp 8.500 per liter.

Selain itu, harga jahe merah turut naik melebihi 100% ,yakni dari Rp 35.000 per kg menjadi Rp 70.000 per kg, bahkan mencapai Rp130.000 per kg di Kota Palu. Harga bawang putih juga tak luput dari kenaikan harga, yakni dari Rp 35.000 per kg menjadi Rp 55.000 per kg.

Menurut Gati, IKM makanan juga mengalami penurunan omzet hingga 50%, bahkan terdapat IKM yang penjualannya menurun hingga 90%. Pada akhirnya, mereka menjual secara obral stok yang ada agar tidak menumpuk di gudang dan supaya mendapat pemasukan.

“Untuk pasar ekspor juga turut mengalami hambatan, karena diberlakukannya karantina atau lockdown. Misalnya ekspor bawang goreng Monita dari Kabupaten Kuningan ke Arab Saudi,” tukas Gati.

Untuk itu, IKM masih terus menjalankan penjualan secara daring agar tetap mendapatkan pemasukan bagi perusahaan, seraya berharap agar akses pengiriman barang tetap dapat berjalan meskipun akan diberlakukan karantina wilayah.

Dalam menghadapi kondisi tersebut, IKM makanan mengharapkan sejumlah bantuan dari pemerintah, antara lain berupa bantuan modal usaha, penundaan pembayaran kredit perbankan, stabilisasi harga bahan baku agar kembali seperti semula, dan adanya intervensi pemerintah pusat untuk menjamin ketersediaan bahan baku hingga ke daerah, terutama gula pasir.

Selain itu, diharapkan bantuan dari pemerintah baik hibah maupun pinjaman, penundaan pembayaran iuran PDAM dan PLN, keringanan pembayaran BPJS karena karyawan dirumahkan, penundaan pembayaran pajak, hingga subsidi biaya pengiriman untuk penjualan online, terutama untuk Indonesia Bagian Timur yang mengalami kendala pada mahalnya biaya kirim.

Gati menambahkan, IKM melakukan penggiliran jam kerja, yang berarti akan terjadi pengurangan pendapatan pegawai karena upah dibayar secara harian. “Nampaknya kondisi ini berlaku di sebagian besar IKM makanan,” pungkas Gati.

Related