Intersport: Membangun Kultisme Melalui Aktivitas Sports Marketing

marketeers article

Sejak didirikan pada tahun 2015, Intersport awalnya sekadar platform aktivasi dari Gudang Garam. Namun, sejak tahun 2016 Intersport mencoba menjadi entitas mandiri di luar nama Gudang Garam.

Bermain di ranah olahraga otomotif atau otosport, Intersport ingin membantah bahwa olahraga satu ini hanya untuk kalangan berduit. “Karena stigma olahraga orang kaya, olahraga ini diremehkan. Kami mencoba mematahkan stigma tersebut,” singkat Kent Rusli, Brand Manager Gudang Garam.

Bersama Intersport, Kent meyakini kredo ‘membantu orang untuk mencapai sesuatu yang lebih dari kemampuan dirinya’. Oleh sebab itu, Intersport mencoba menjembatani dan memberdayakan orang-orang yang memiliki ketertarikan khusus terhadap dunia olahraga otomotif.

“kami ingin empower orang tersebut, dari dia tidak paham sampai terjun jadi profesional di Intersport,” tambah Kent.

Sebagai end-to-end otosport platform, Intersport, tidak mau menciptakan sebuah aktivasi yang hanya ala kadarnya. Semua hal yang berkaitan dengan otosport dikumpulkan dan menjadi sajian hiburan sekaligus edukatif.

“Kami mencoba menciptakan pembalap dari mulai rookie sampai pro. Kami siapin simulator, taxi drive disetirkan sama drifter profesional. Kalau berani, bisa mencoba mobil rookie yang sudah kami siapkan. Kami mencoba hadir di setiap tahapan seseorang menjadi pembalap.

Tentunya aktivasi marketing yang dilakukan oleh Intersport tidak bisa dibilang murah. Setidaknya di tahun 2017 lalu mereka melaksanakan empat event besar. Sementara di tahun ini direncanakan akan ada 12 event besar.

Bagi Kent, Intersport berusaha membangun komunitas yang kompak dan solid. Para penggemar Intersport juga paham peranan dan value Intersport serta apa yang mereka dapatkan.

“Tapi perlu diingat sports marketing membangun kultisme dari sebuah brand dan spirit dari pertandingan itu sendiri. Melalui cara seperti ini, konsumen akan tahu what brand stand for,” tandasnya.

Editor: Sigit Kurniawan

Related