Alasan Indonesia Bisa Jadi Pusat Industri Halal Dunia

marketeers article
Amsterdam/Holland October 06 2019: Halal food store with doner kebab in the evening

Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) mengungkapkan sejumlah alasan Indonesia bisa menjadi pusat industri halal dunia. Potensi ini pun tengah menjadi sorotan investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air.

Chief of Indonesia Economic & Trade Office KDEI Budi Santoso menuturkan, beberapa potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi raja industri halal dunia di antaranya jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia dan adanya bonus demografi. Selain itu, ada juga potensi lainnya dari besarnya penetrasi internet yang dapat dijadikan media untuk penjualan.

“Indonesia bisa menjadi pusat industri halal dunia. Setidaknya ada dua faktor, yaitu bonus demografi yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2045. Saat ini, kurang lebih 70% penduduk Indonesia adalah usia produktif. Kedua, lebih dari 70% penduduk telah terkoneksi dengan internet,” ujar Budi melalui keterangan resminya, Rabu (5/1/2022).

Menurut dia, untuk bisa mengoptimalkan potensi tersebut diperlukan perpaduan yang baik antara penetrasi digital dan inovasi dalam menghasilkan produk-produk halal. Terlebih lagi, pangsa pasar yang dibidik merupakan para pemuda.

“Perpaduan antara luasnya akses informasi dan usia produktif dapat menjadi keunggulan komparatif bagi Indonesia untuk terus berkreasi dalam membuat produk halal dan mempromosikannya ke dunia luar,” ujarnya.

Sementara itu, Chief Executive Officer Indonesia Prima Diah Yusuf menambahkan, peluang lain datang dari besarnya tingkat konsumsi kelas menengah di Indonesia. Berdasarkan catatannya, tingkat konsumsi masyarakat Muslim kelas menengah antara US$ 2 hingga US$ 20 per hari.

Uang itu biasanya dibelanjakan untuk produk-produk makanan dan minuman, makeup, serta perbankan syariah. Dengan peluang tersebut, diperlukan peta jalan (roadmap) yang jelas agar momentumnya industri halal tidak hilang.

“Muslim kelas menengah mengkonsumsi rata-rata US$ 2 hingga US$ 20 per hari, dalam industri makanan, pakaian, makeup, dan bahkan perbankan syariah. Perlu juga sentuhan digital untuk mendorong orang bertransaksi dan mengonsumsi dalam jumlah yang besar dan akan menghasilkan layanan baru dalam teknologi,” ujarnya.

Dengan besarnya potensi yang masih optimal, kondisi ini menjadi peluang tersendiri bagi pengusaha untuk menanamkan modalnya. Adapun salah satu negara potensial yang bisa menjadi investor adalah Taiwan.

“Ini adalah waktu yang sangat baik bagi investor Taiwan khususnya di bidang teknologi untuk mengetahui perubahan dan peluang. Dengan adanya strategic partnership agreement, Taiwan juga dapat menjadi konvergensi dengan perusahaan di  Jepang dan Tiongkok Raya,” tandasnya.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related