Alasan Tokopedia Tak Mau Garap Pasar Global

marketeers article
Los Angeles, California, USA 17 January 2020: Mobile phone in hand with Tokopedia app logo on screen close-up, Illustrative Editorial.

Platform e-commerce, Tokopedia memilih untuk fokus menggarap pasar dalam negeri dan belum beranjak menuju pasar global meskipun memiliki pangsa yang cukup luas di dalam negeri. Padahal, jika berkenan perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar ini dapat merambah di kancah internasional.

Senior Lead Public Policy and Government Relations Tokopedia Kevin Tarigan membeberkan alasan perseroan masih bermain di dalam negeri. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum terjangkau oleh teknologi perdagangan elektronik. Sebab itu, pangsa pasar domestik masih menyimpan peluang yang cukup besar.

“Mungkin kalau Anda heran kenapa Tokopedia tidak pernah berbicara lini pasar selain Indonesia. Nyatanya, pasar Indonesia sendiri banyak yang belum terjangkau. Bahkan, masih banyak masyarakat Indonesia terutama di daerah yang belum mengenal teknologi digital, apalagi teknologi turunannya yang lebih advance seperti financial technology (fintech) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI),” ujar Kevin dalam webinar, Jumat (3/12/2021).

Menurutnya, Tokopedia ingin menjadi platform digital yang mengenalkan pertama kali kepada kalangan tersebut mengenai kecanggihan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam keseharian mereka. Sebagai salah satu kekuatan ekonomi digital, e-commerce memiliki penetrasi yang sangat besar ke masyarakat. Bahkan, melebihi penetrasi yang mampu dijangkau oleh lembaga keuangan konvensional seperti perbankan.

“Penetrasi e-commerce itu jauh lebih besar ketimbang perbankan atau jasa keuangan konvensional. Hal itu yang menjadi kelebihan Tokopedia karena kami menyediakan solusi untuk menjangkau masyarakat yang unbanked. Ini akan kami refleksikan di produk kami,” ujarnya.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), Tokopedia telah memiliki 100 juta pengguna setiap bulannya, dengan 11 juta penjual dan 500 juta produk yang ditawarkan setiap harinya. Survei yang sama pada tahun 2020 mencatat sebanyak 86,5% penjual di Tokopedia merupakan pebisnis baru.

Selama pandemi COVID-19, Tokopedia berhasil memicu peningkatan penjualan di tiga daerah di luar Pulau Jawa, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 144,6%, Sulawesi Selatan sebesar 73,3%, dan Sulawesi Tengah sebesar 73,4%. Data menunjukkan bahwa Tokopedia telah memainkan peran dalam meningkatkan inklusi keuangan masyarakat hingga ke berbagai daerah di Indonesia.

“Ini sedikit contoh saja mengenai bagaimana kami berkontribusi terhadap pemerataan ekonomi di Indonesia. Perlu diakui bahwa saat ini memang ekonomi Indonesia masih banyak berpusat di Pulau Jawa,” tuturnya.

Lebih lanjut, Kevin menyebut, berdasarkan survei yang dilakukan oleh LDFEB UI tersebut juga terlihat bahwa masyarakat mengenal pembayaran elektronik baik itu melalui mobile banking ataupun dompet digital (e-wallet) justru setelah mengenal Tokopedia. “Jadi kebalik bukan mereka punya akun bank dulu, baru berbelanja di Tokopedia. Namun, mereka yang berbelanja di Tokopedia melihat banyak  pilihan pembiayaan, promosi dan kemudian baru masuk ke e-wallet dan mobile banking,” pungkasnya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related