Allianz Bukukan Total Dana Kelola Rp 39,8 Triliun pada Tahun 2024

marketeers article
PT Asuransi Allianz Life Indonesia. Sumber gambar: pers rilis.

Allianz Indonesia mencatatkan total dana kelola atau Asset Under Management (AUM) sebesar Rp 39,8 triliun pada 2024. Adapun jumlah tersebut merupakan seluruh dana kelola dari beberapa perusahaan, seperti Allianz Life, Allianz Syariah, dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan/DPLK Allianz.

Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Indonesia menjelaskan pada tahun 2024, Allianz Indonesia mengelola aset di 51 jenis unit link fund. Tiga fund dengan dana kelolaan tertinggi sepanjang tahun 2024 adalah Smartlink Rupiah Equity Fund dengan dana kelolaan Rp 6,9 triliun, Smartlink Rupiah Fixed Income Fund Rp 1,8 triliun, dan Smartlink Rupiah Balanced Fund Rp 1,5 triliun.

BACA JUGA: Risiko Gagal Bayar Rendah, Allianz Life Raih Peringkat AAA dari Fitch Ratings

“Dilihat dari pertumbuhan unit pemegang polis dibandingkan tahun 2023, Smartlink Rupiah Fixed Income Fund tumbuh 34,5%, Smartlink Rupiah Equity Fund turun 6,2% dan Smartlink Rupiah Balanced Fund turun 4,9%. Kenaikan unit pada Smartlink Rupiah Fixed Income sejalan dengan kondisi pasar yang cukup menantang di 2024 sehingga nasabah memilih fund yang lebih konservatif,” kata Ni Made melalui keterangan resmi, Jumat (25/4/2025).

Menurutnya, tahun 2025 diperkirakan masih menghadapi tantangan eksternal yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, seperti kebijakan Trump terkait tarif dagang dan pemotongan pajak yang berpotensi mendorong inflasi di Amerika Serikat (AS). Ini dapat memperlambat pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

BACA JUGA: Gandeng Maybank, Allianz Life Luncurkan Produk Baru MyProtection Future

Selain itu, pelemahan ekonomi Tiongkok dan ketegangan geopolitik turut menjadi faktor penghambat. Allianz Indonesia percaya bahwa di berbagai kondisi ekonomi, tetap ada peluang investasi untuk mendapatkan imbal hasil yang optimal. Begitu pula dengan kondisi saat kebijakan tarif Trump akan berdampak pada volatilitas saham dan obligasi.

Allianz Indonesia terus memantau dampak kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi dan pasar modal Indonesia dengan tetap menerapkan pendekatan fundamental, strategi yang dinamis dan mengutamakan prinsip kehati hatian dalam pengelolaan risiko. Untuk subdana dengan underlying saham, Allianz Indonesia menerapkan strategi tactical underweight and selectively defensive.

“Dari segi strategi penempatan portofolio, kami secara taktis mengurangi bobot dan secara selektif lebih defensif. Kami telah menyaksikan peningkatan tarif pada pemerintahan Trump yang memicu aksi jual di pasar global karena ketidakpastian meningkat,” ujarnya.

Pelaku pasar mulai memperhitungkan skenario resesi di AS yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di global. Lantaran hal tersebut, laba perusahaan juga akan direvisi lebih rendah dari perkiraan awal.

Di balik ketidakpastian global yang telah dijelaskan sebelumnya, di dalam domestik, pemerintahan baru juga berada dalam fase transisi yang mencoba menjalankan kebijakan-kebijakan barunya.

“Melihat semua latar belakang yang terjadi diatas, kami telah memposisikan portfolio kami secara keseluruhan pada kondisi yang defensif dan dalam proses pemilihan kami terus mendukung perusahaan yang memiliki neraca yang kuat dan tata kelola perusahaan yang baik,” kata Ni Made.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS