Alopesia, Asyiknya Mengulik Soal Kebotakan

marketeers article

Oleh dr. Dito Anurogo, M.Sc.

Kebotakan seringkali diremehkan oleh sebagian orang. Ada yang menganggap itu sudah suratan takdir dan tidak bisa diubah. Benarkah demikian? Padahal, ibarat lagu, kebotakan ini haruslah cepat berlalu.

Kebotakan dalam istilah medis disebut sebagai alopecia. Sebutan lainnya adalah hair loss atau balding. Istilah alopecia umumnya dipakai untuk menyebut kondisi dimana tidak ada rambut di area yang normalnya ditumbuhi rambut. Kebotakan tipe alopesia androgenik sering dijumpai pada pria berusia 20-25 tahun, perempuan sekitar 40 tahun. Uniknya, alopesia androgenik sering dijumpai pada 70 persen perempuan berusia lebih dari 65 tahun. Kebotakan tipe alopesia areata sering dijumpai baik pada pria maupun perempuan, sebelum usia 30 tahun. Alopesia areata memiliki predisposisi genetika.

Selain itu, terdapat alopecia nonskar, dimana hilangnya rambut tanpa dijumpai skar, peradangan, atau atrofi kulit. Adapun alopecia skar memiliki karakteristik hilangnya rambut secara permanen disertai kerusakan jaringan dalam bentuk skar, inflamasi, dan/atau atrofi [penyusutan] kulit.

Epidemiologi

Insiden kebotakan bergantung kepada penyebabnya. Menurut survei epidemiologi, insiden alopecia terbesar di Kaukasian, diikuti Asian, Amerika Afrika, dan penduduk asli Amerika.

Alopecia areata memengaruhi satu persen populasi Amerika Serikat, terutama di usia 50 tahun. Ada peningkatan insiden di usia yang lebih muda dan kedua jenis kelamin sama-sama rentan mengalaminya.

Alopecia androgenetik memengaruhi lebih banyak pria dibandingkan perempuan dengan 50 persen pria Kaukasian mengalaminya di usia 50 tahun. Di usia 70 tahun, sekitar 40 persen perempuan mengalaminya dengan peningkatan insiden setelah menopause.

Penyebab

Alopecia nonskar disebabkan oleh kegagalan produksi folikel, abnormalitas shaft rambut, pola hilangnya rambut, kerusakan rambut [pada kasus trikotilomania, alopecia traksi, overprocessing kosmetik], problematika dengan siklus [shedding berlebihan], seperti efluvium telogen, efluvium anagen, alopecia areata, dan sifilis. Alopecia nonskar ini memiliki beberapa contoh, misalnya alopecia fokal, alopecia areata, alopecia sifilitika, alopecia triangular temporal, alopecia traksi.

Alopecia skar [cicatricial] disebabkan oleh faktor infeksi [dijumpai pada kerion atau tinea kapitis dengan inflamasi, folikulitis bakterial, dan folikulitis dekalvan]. Gangguan inflamasi memicu terjadinya destruksi permanen folikel. Ada tiga subtipe mayor berdasarkan tipe inflamasi, yakni limfositik, neutrofilik, dan campuran. Neoplasma atau keganasan [dijumpai pada kasus alopecia mucinosa pada limfoma sel T kutaneus atau alopecia neoplastika karena karsinoma metastasis pada kanker payudara], autoimun [terdapat pada kasus lupus eritematosus kutaneus kronis], kongenital [bawaan sejak lahir].

Skar primer termasuk lupus discoid, lichen planopilaris, primary fibrosing. Skar sekunder dapat muncul atau timbul dari infeksi, neoplasma, radiasi, pembedahan atau operasi, dan trauma fisik lainnya termasuk tinea kapitis.

Medikamentosa juga berpotensi menyebabkan alopecia, seperti testosteron, progesteron, danazol, adrenokortikosteroid, steroid anabolik.

Diagnosis

Dokter atau dermatologis akan menanyakan riwayat kebotakan secara teliti dan kronologis, berapa lama telah terjadi kebotakan, pola hilangnya rambut, stresor kehidupan yang dialami, kondisi medis yang terkait, diet, pola perawatan rambut, dan gejala-gejala kulit atau kuku lainnya. Pada pemeriksaan fisik, dokter atau dermatologis hendaklah mengevaluasi respon emosional penderita terhadap kehilangan rambut. Kemudian secara objektif mengobservasi pola hilangnya atau penipisan rambut, perubahan kulit yang berlangsung, virilisasi pada pasien perempuan [misal hirsutisme], pola exclamation points pada rambut terlihat pada kasus alopecia areata, rambut patah dengan panjang yang berbeda terlihat pada alopecia traumatik.

Sebagai pemeriksaan lanjutan, dokter atau dermatologis melakukan pull test, merekomendasikan biopsi punch, atau trichogram. Pemeriksaan laboratorium dapat direkomendasikan dokter atau dermatologis sesuai potret klinis. Hitung darah lengkap untuk menyingkirkan kemungkinan defisiensi zat besi. Pengukuran kadar feritin atau Fe total untuk menyingkirkan kemungkinan defisiensi zat besi subklinis. Pemeriksaan TSH untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit tiroid yang mendasari. Pemeriksaan ANA diperlukan untuk screening penyakit autoimun. Pemeriksaan RPR untuk menyingkirkan kemungkinan sifilis kutaneus bila ada riwayat sugestif peningkatan risiko.

Pencegahan

Upaya pencegahan kebotakan dapat direkomendasikan dokter atau dermatologis. Salah satunya dengan meminimalkan faktor risiko. Adapun faktor risiko alopecia antara lain predisposisi genetika, penyakit atau gangguan kronis [penyakit autoimun, infeksi, kanker], stres fisiologis termasuk kehamilan, nutrisi buruk, medikasi, kemoterapi, radiasi, perawatan rambut, pola kepang atau ”anyaman” rambut. [dr. Dito Anurogo, M.Sc., dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah/FK Unismuh Makassar, dokter literasi digital, penulis 20 buku, pegiat literasi-riset-komunitas, inisiator Indonesia Menulis ‘’Writenesia’’ dan Srikandi Forum Indonesia]

    Related