Ancang-ancang Hadapi Tahun 2021, Indonesian Paradise Gencar Efisiensi

marketeers article

PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) baru saja menggelar Paparan Publik secara virtual yang dipimpin oleh Direktur INPP Taufik. Di dalam laporannya, perusahaan mencatatkan pertumbuhan double digit sepanjang tahun 2019. Kondisi pun berubah ketika pandemi hadir. Efisiensi pun menjadi fokus perusahaan untuk menyiapkan diri menghadapi tahun 2021.

Tahun lalu, pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 16,85% atau sebesar Rp 129,81 miliar pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 770,40 miliar menjadi Rp 900,21 miliar. Pertumbuhan ini ditopang oleh peningkatan kinerja usaha terutama dari segmen penjualan properti (apartemen) diiringi dengan kenaikan pada segmen usaha perhotelan dan shopping center.

PT Indonesian Paradise Property Tbk merupakan perusahaan induk dari The Paradise Group yang terdiri dari 25 perusahaan yang mengembangkan dan mengoperasikan destinasi gaya hidup ikonik di kota-kota terbesar di Indonesia. Portofolio INPP yang beragam meliputi: 240.000 m2 properti komersial; 25 aset properti di 10 kota; Sebagian besar terdiri dari hotel, pusat perbelanjaan, dan apartemen.

Portofolio shopping center terdiri dari mal berkonsep luxury dan upper lifestyle di Jakarta, Bandung, dan Bali. Portfolio hotel terdiri dari lebih dari 2.400 kunci kamar dari hotel bisnis bintang dua hingga hotel dan resor mewah bintang lima di Yogyakarta, Batam, Jakarta, dan Bali.

Bagaimana dengan tahun ini? Dengan keadaan dampak pandemi yang terus berlanjut sampai triwulan tiga tahun 2020, perusahaan telah dan akan terus mengambil langkah-langkah efisiensi. Langkah ini diambil untuk mempertahankan seluruh operasional bisnis.

Perusahaan juga tengah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mempersiapkan “reset” pada tahun 2021. Hal ini berkesinambungan dengan upaya perusahaan untuk terus mengelola sumber daya secara efisien dan mengarah pada penciptaan ide-ide, inovasi dan kreativitas cerdas. Tak lain, tujuannya untuk menghasilkan kinerja prima dan berkesinambungan untuk meraih pertumbuhan secara berkelanjutan. 

“Menghadapi kondisi sulit ini, kami merevisi target pendapatan kami tahun 2020 menjadi Rp 440 miliar, lebih rendah 48,94%, dibanding tahun sebelumnya,” ujar Taufik.

Hal ini banyak disebabkan oleh kondisi sebagai dampak dari pandemi yang terus berlangsung selama tahun 2020. Adapun dengan kondisi ini, diproyeksikan pada tahun 2020, perusahaan akan mengalami rugi usaha sebesar Rp 42,21 milyar.

Tingkat hunian pada tahun 2020 untuk perhotelan diproyeksikan di angka 28,78% dan komersial pada angka 88,11%. Dibandingkan dengan tahun 2019, tingkat hunian tahun 2020 diproyeksikan akan lebih rendah, hal ini merupakan dampak dari pandemi yang terus berlangsung selama tahun 2020.

Related