Ancang-ancang Salip AS, Indonesia Targetkan Jadi Pusat Energi Bersih Global

Indonesia menyiapkan target untuk menyalip Amerika Serikat (AS) sebagai negara dengan pemanfaatan energi panas bumi atau geothermal terbesar. Saat ini, Indonesia ada di posisi kedua dengan kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi (PLTP) mencapai 2,68 gigawatt (GW). Sementara, AS yang ada di posisi pertama telah memanfaatkan panas bumi mencapai 3,6 GW.
“Sampai dengan tahun 2029, kita akan menambahkan 1,1 GW untuk menyamai AS. Lalu tambahan panas bumi ini dalam 10 tahun mencapai 5,2 GW. Semoga Amerika tidak terlalu bergerak karena akan fokus ke pemanfaatan batu bara dan kita bisa menyalip di tikungan bahkan bisa tumbuh lebih besar,” ujar Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam acara Press Conference The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025 di Jakarta, Senin (14/4/2025).
Eniya juga mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi panas bumi yang besar mencapai 25 GW. Kini, pemanfaatan energi tersebut baru mencapai 11%. Diharapkan, instalasi untuk pemanfaatan potensi ini bisa semakin besar.
Di sisi lain, roadmap ini juga harus didukung oleh pelaku industri agar berjalan secara sinergis. Untuk mencapai misi tersebut, Indonesian Geothermal Association (INAGA) atau Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) menyelenggarakan The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025.
BACA JUGA: Pertamina Geothermal Energy Tambah Kapasitas Energi Panas Bumi 55 MW
Forum panas bumi ini diklaim sebagai yang terbesar di dunia yang bertujuan mempercepat pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber energi baseload dan sumber daya lokal menuju swasembada energi nasional.
Acara ini akan berlangsung pada 17-19 September 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC). Kegiatan ini akan menghadirkan berbagai program menarik, termasuk visi dan kebijakan, serta capaian-capaian panas bumi, diskusi panel serta pameran teknologi dan inovasi terkini.
“IIGCE 2025 tidak hanya menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan, tetapi juga tempat lahirnya kemitraan strategis dan solusi inovatif untuk tantangan global dalam pengembangan panas bumi,” kata Ismoyo Argo, Ketua Panitia Pelaksana IIGCE 2025.
Di sisi lain, Ketua Umum API Julfi Hadi menyebutkan bahwa sebagai satu-satunya energi terbarukan yang selalu tersedia setiap saat, panas bumi dapat menjadi andalan sistem ketenagalistrikan Indonesia.
BACA JUGA: Tahun 2024, Investasi Sektor Energi dan Mineral RI US$ 32,3 Miliar
“Indonesia memiliki potensi panas bumi kedua terbesar di dunia dengan kapasitas mencapai 40% cadangan dunia,” ujar Julfi.
Menurutnya, panas bumi menjadi sumber daya lokal yang harus kita optimalkan untuk mencapai swasembada energi dan menjadi kunci transisi energi bersih untuk Indonesia ke depannya.
Di sisi lain, Julfi juga menyoroti eksistensi Indonesia yang telah mengembangkan sektor panas bumi ini selama 40 tahun. Sepanjang itu, banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari risiko teknis, risiko komersial, hingga regulasi.
“Kini saatnya kita bersatu untuk menyelesaikan tantangan ini bersama demi percepatan proyek-proyek panas bumi yang berdampak besar bagi ketahanan energi nasional. Pertamina, PLN, serta perusahaan pengembang panas bumi lainnya siap untuk duduk bersama dengan dukungan dari EBTKE untuk berkolaborasi menyusun solusi dan formula bersama,” lanjut Julfi.
Sebagai penggerak utama pengembangan panas bumi nasional, API berkomitmen mempercepat kolaborasi multisektor. “Kami memposisikan diri sebagai katalisator yang menghubungkan pemerintah, investor, pelaku industri, dan akademisi untuk menciptakan ekosistem pengembangan panas bumi yang kompetitif,” tutup Julfi.