Apa Kata Pengajar MIT Tentang Kewirausahaan di Indonesia?

marketeers article

Selama dua-tiga tahun ini, kondisi startup di Indonesia berhasil menarik minat para mahasiswa MBA Massachusetts Institute of Technology (MIT) Sloan School of Management, salah satu perguruan tinggi ternama di dunia yang berbasis di AS, untuk menggali pasar ini lebih jauh. Hal ini disampaikan Michellana Jester, Dosen dan Director of MIT Sloan School of Management’s Action Learning Program, yang berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu.

Menurut Jester, minat tersebut terlihat dari antusiasme para mahasiswa yang tergabung dalam program G-LAB untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan startup Indonesia. Mereka melihat Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan bisnis yang baik dan memiliki peran cukup penting di dunia.

“Anak muda (mahasiswa) memiliki minat yang besar terhadap hal-hal baru dan kami juga harus bisa menyesuaikan dengan hal itu. Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan berkat dorongan entrepreneurship dan bisnis yang tumbuh subur,” ujar Jester.

Meski memiliki potensi yang besar, Jester mengatakan startup di Indonesia akan lebih optimal bila mampu mendapatkan berbagi dukungan yang dibutuhkan. Pusat-pusat inkubasi bisnis bisa saja ada, namun ia mengingatkan hal yang paling penting dalam berwirausaha adalah kemauan untuk berani bertindak.

“Di MIT, kami selalu mengatakan entrepreneurship bukanlah sesuatu yang melekat pada seseorang sejak ia dilahirkan. Entrepreneurship adalah skill yang bisa dipelajari dan agar sukses dibutuhkan dukungan dan akses,” terang Jester.

Menurutnya, akses terhadap pendanaan, SDM, dan regulasi, akan mendorong kesuksesan sebuah bisnis. Demikian pula dengan mentoring dan koneksi yang dibangun antara para wirausahawan. Bila itu dapat diwujudkan maka akan terbentuk ekosistem entrepreneurship yang baik dan bertahan lama.

Perempuan yang meraih gelar Master dari Harvard University dan Doktor dari Columbia University ini menjelaskan entrepreneur yang baik adalah yang tak pernah takut untuk gagal. Justru, kegagalan adalah hal yang positif karena menjadi proses pembelajaran bagi sang pengusaha. Bahkan, pengalaman menangani beberapa bisnis, meski gagal, akan menjadi nilai tambah saat melakukan pitching kepada investor.

“Ketika bertemu investor, Anda bisa mengatakan ini adalah beberapa bisnis yang telah saya jalankan. Bisnis-bisnis itu tidak berjalan baik karena satu dan lain hal. Dari pengalaman itu saya belajar ini-itu dan seterusnya. Jadi jangan pernah takut gagal.” ungkap Jester.

Ia menuturkan sekitar 20% dari mahasiswa Sloan School of Management telah atau baru memulai bisnisnya sendiri. Jester pun mengaku pernah memiliki pengalaman membangun bisnis bersama empat orang temannya. Sayangnya, meski telah menyatukan visi pada saat awal memulai bisnis, ternyata tiga orang temannya memiliki pandangan berbeda sehingga bisnisnya harus berhenti di tengah jalan. “Perbedaan visi antara para pendiri bisa menjadi salah satu penyebab kegagalan. Karena itu, mencari partner yang cocok sangatlah penting,” pungkas Jester.

Related