Apa Yang Investor Perlu Ketahui Jelang 2018

marketeers article
15984644 make money with internet green key with dollar bills icon on laptop keyboard

Banyak pengamat ekonomi memperkirakan bahwa jelang tahun 2018 mendatang akan menjadi tahun yang penuh tantangan. Beragam dinamika bisnis, ekonomi global, teknologi, hingga masuknya tahun politik menjadi beragam indikator yang akan mempengaruhi situasi ekonomi Indonesia.

Menurut Ekonom dan juga Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Chatib Basri, teknologi yang disruptif akan membuat inovasi bergerak dengan cepat. Bahkan ia menilai bahwa produk dan jasa yang dibuat saat ini bisa menjadi usang dalam hitungan waktu yang relatif lebih cepat.

“Nantinya, yang akan bertahan dan sukses mungkin bukanlah yang bisa memberikan jawaban atas pertanyaan, melainkan adalah mereka yang bisa memformulasikan masalah dengan jeli dan tidak terpikirkan sebelumnya. Artinya, ide, kreativitas, dan keterampilan menjadi faktor penting,” jelas Chatib di Jakarta, Kamis (26/10/2017).

Di kesempatan yang sama, CEO PT Schroders Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi menilai memasuki tahun politik akan terjadi kenaikan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Hal ia tambahi dengan fakta yang terjadi ketika jelang pemilu di 2004, 2009, dan 2014. Namun, ia mengingatkan bahwasanya kejadian yang terjadi di masa lalu tidak mentah-mentah akan terulang begitu saja.

“Harga komoditas diprediksi akan membaik pada 2018. Pilkada akan memberi pengaruh pada konsumsi karena perputaran yang yang lebih baik. Dari sektor perbankan, pertumbuhan kredit diperkirakan akan mulai mengalami peningkatan. Hal ini tentunya akan mendorong laba perusahaan, termasuk perusahaan publik, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan laba per saham,” jelas Michael.

Kondisi ini membuat para calon investor untuk bisa berhati-hati serta cermat dalam memilih portofolio produk yang ingin mereka gunakan. Perbankan dan penyedia layanan wealth management dituntut untuk bisa mengikuti pasar yang makin dinamis. Oleh sebab itu, Bank Commonwealth meluncurkan Dynamic Model Portfolio, sebuah konsep investasi yang tidak hanya fokus pada perpaduan kelas aset berdasarkan profil risiko nasabah, namun juga berdasarkan risiko pasar.

Bagi Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth Ivan Jaya, saat ini perbankan harus jeli melihat tujuan investasi dan profil risiko nasabah dan menjadikan dua faktor tersebut sebagai referensi dalam berinovasi untuk memenuhi kebutuhan Nasabah. “Dengan pergerakan ekonomi dan pasar yang cepat, investor harus cekatan membaca risiko dan menggerakkan aset sesuai arah pasar. Tidak bisa lagi menggunakan metode penentuan investasi yang statis. Berdasarkan analisa kami atas data-data historis pasar modal di Indonesia, mengalokasikan investasi di aset dengan metode statis berpotensi membuat hasil imbal balik yang tidak optimal dalam jangka panjang,” jelasnya.

Dynamic Model Portfolio akan mengumpulkan berbagai informasi pasar, memilah mana yang paling relevan untuk setiap nasabah berdasarkan profil risiko dan tujuan investasi mereka, kemudian memberikan saran terkait penempatan portofolio asset. Nasabah bisa menggerakkan asetnya secara dinamis, tidak harus sama dengan proporsi investasi yang ditentukan di awal. Investasi disesuaikan tidak hanya berdasarkan profil risiko nasabah, namun juga risiko pasar ke depannya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

 

Related