Di era serba cepat, riset menyebutkan bahwa rata-rata attention span manusia kini hanya sekitar delapan detik. Itu tentu menjadi tantangan besar bagi dunia public relations (PR) yang selama ini mengandalkan pesan naratif panjang dan kampanye jangka panjang.
Konsumen kini lebih memilih memperoleh informasi lewat video pendek di TikTok, podcast, atau newsletter yang langsung ke intinya. Bahkan, tak sedikit pula yang mencari berita dari YouTube, bukan media online konvensional.
Perubahan tersebut tentu tidak bisa diabaikan. Ini sinyal penting bahwa cara lama dalam PR tak lagi cukup. Dilansir dari Fast Company, berikut langkah adaptif yang bisa dilakukan perusahaan untuk menyesuaikan strategi PR dengan kebiasaan baru audiens:
BACA JUGA: Gaya Humoris Steve Jobs: Pemimpin Hebat Tak Harus selalu Serius
Aktif Mendengarkan Klien dan Audiens
Mulailah beradaptasi dengan mendengarkan audiens guna memberi layanan yang benar-benar berorientasi pada kebutuhan. Jika ingin tetap relevan, maka PR harus lebih rajin mengevaluasi kebutuhan dan harapan klien secara berkala.
Misalnya, dengan mengirim survei dua kali dalam setahun untuk mengetahui perubahan prioritas mereka.
Temui Klien di Kanal yang Tepat
Jangan berasumsi semua direktur alias bos ingin tampil di media besar. Bisa jadi, mereka justru mendapatkan lebih banyak interaksi dari komunitas di berbagai platform media sosial, seperti Reddit, Substack, atau Discord.
Tugas PR kini bukan hanya memilih media, tapi juga menciptakan strategi untuk menjangkau kanal-kanal baru tersebut. Mulai dari membangun hubungan dengan influencer niche, hingga mengoptimalkan konten untuk platform yang sebelumnya jarang disentuh.
BACA JUGA: Bukan Multi-Tasking, Ini Kunci Produktif yang Sesungguhnya
Kombinasikan Strategi Lama dan Baru
Perubahan tak berarti semua strategi lama harus dibuang. Misalnya, liputan di media nasional tetap penting untuk branding, namun kini ada tambahan baru, yaitu newsletter di media yang sama bisa mendatangkan ribuan kunjungan ke website klien hanya dari satu email.
Lalu komunikasikan dengan klien tentang strategi yang masih efektif, apa yang harus diperbarui, sekaligus alasan di balik perubahan tersebut. Jangan lupa pula untuk selalu menyiapkan data atau bukti untuk memperkuat keputusan Anda.
Perbarui Format dan Gaya Komunikasi
Dengan attention span yang menurun, format juga harus menyesuaikan. Siaran pers, misalnya, kini sebaiknya dibuat ringkas, tidak lebih dari 400 kata.
Hal itu karena semakin ringkas dan relevan, semakin besar pula peluang pesan Anda tersampaikan.
Bangun “Desire” sebelum Edukasi
Dalam model perubahan ADKAR (Awareness, Desire, Knowledge, Ability, Reinforcement), banyak orang langsung ingin mengedukasi tanpa lebih dulu membangun keinginan. Padahal, untuk klien, yang penting adalah, “Apa manfaatnya untuk saya?”
Strategi baru perlu dipresentasikan dari sudut pandang bisnis klien: apakah bisa meningkatkan awareness, traffic website, atau lead penjualan? Untuk itu, fokuslah pada membangkitkan minat dan keinginan dulu, baru kemudian mengedukasi lebih jauh.
Editor: Tri Kurnia Yunianto