Baca Tren Jadi Strategi Elizabeth Bertahan di Masa Pandemi

marketeers article
Ilustrasi trend (Sumber: 123RF)

Pandemi COVID-19 menjadi hantaman bagi beberapa sektor, terutama sektor ritel. Sebagai merek lokal yang telah berdiri selama 58 tahun dan telah memiliki 90 toko yang tersebar di seluruh Indonesia, tidak membuat Elizabeth melewati dampak pandemi dengan mudah.

Adanya pandemi merubah performa perusahaan Elizabeth. Untuk itu, perlu berfikir out of the box untuk keluar dari krisis ini. Namun demikian, krisis ini  juga dimanfaatkan oleh Elizabeth. Resti Ghita Pribadi, Brand Manager Elizabeth mengatakan bahwa adanya pandemi menjadi momen bagi Elizabeth untuk melihat kondisi internal perusahaan dan memperbaiki apa yang perlu dibenah.

“Dampak dari pandemi memang dirasakan oleh seluruh dunia, termasuk Elizabeth. Akan tetapi, kami juga memanfaatkan momen ini untuk berbenah. Kami lihat secara internal, apa yang perlu dibenah. Jadi, ketika kami sudah bebas dari pandemi, sudah siap menghadapi keadaan dengan cepat,” kata Ghita dalam Marketeers Goes To Mall Episode 16, Meet The Tenants: Navigating Retail Business Beyond Pandemic.

Untuk bisa beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen yang mengarah ke digital, Elizabeth berupaya untuk tetap eksis di digital. Kini, ada beberapa toko Elizabeth yang memungkinkan konsumen berbelanja melalui WhatsApp.

Selain itu, Elizabeth juga memanfaatkan momen-momen spesial yang juga dipancing dengan berbagai promo menarik. Hal tersebut dilakukan untuk membantu menaikkan revenue perusahaan.

“Kami buat berbagai promo dan kampanye dengan melihat tren. Kami juga berusaha untuk menangkap momen yang memang pas dan bisa kita aplikasikan di Elizabeth. Hal seperti itulah yang memang harus kita lihat dan terapkan ke perusahaan untuk membantu sales kita,” tutur Ghita.

Selanjutnya, untuk menciptakan dan menjaga demand masyarakat terhadap produk Elizabeth, brand tersebut melakukan inovasi. Dalam hal ini, Elizabeth berinovasi dengan menciptakan produk baru yang menarik dan mengikuti perkembangan tren.

“Sebelum berinovasi, kami melihat tren secara umum. Setelah itu, kami kerucutkan ke karakteristik customer. Produk apa yang cocok dengan karakteristik customer kami dan masih mengikuti perkembangan tren. Jadi, nantinya produk yang dihasilkan memang ada demand nya,” papar Ghita.

Setelah produk tersebut diciptakan, pikirkan bagaimana cara pemasaran produk dengan tepat. Ghita mengatakan bahwa komunikasi dengan customer penting untuk dilakukan. Dengan begitu, produk dapat di pasarkan dengan baik dan tepat.

“Kita harus tetap engage dengan customer untuk mengetahui karakteristik mereka. Apalagi saat kita memasarkan produk baru, pasti cara pemasarannya berbeda, sebab itu adalah hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya,” tutup Ghita.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related