Bagaimana Cara Memilih dan Menyeimbangkan Portofolio untuk Inovasi Produk

marketeers article
quality speed efficiency up cost down concept on tablet pc

Bertahan di tengah pandemi dan mempersiapkan kondisi setelah semuanya berjalan kembali menjadi salah satu yang perlu diperhatikan perusahaan. MarkPlus percaya dalam menghadapi hal ini, perusahaan harus menerapkan strategi SPA yaitu, surviving/servicing, preparing, dan actualizing.

Masuk ke fase preparing, salah satu yang perlu diperhatikan adalah produk. Mengapa? Setelah menunjukkan intimacy pada konsumen di fase surviving/servicing, perusahaan perlu memastikan konsumen mendapatkan sesuatu yang konkret dan hal itu bisa ditunjukkan melalui inovasi produk.

Tapi, tidak hanya melakukan inovasi, perusahaan harus memastikan inovasi produk itu disertai dengan model bisnis yang tepat. Sehingga, inovasi tidak akan berjalan di satu sisi saja dan membuat kompetitor kesulitan untuk bersaing nantinya. Setidaknya, ada tiga amunisi yang perlu dipersiapkan ketika perusahaan ingin melakukan inovasi produk.

Pertama, mempersiapkan inovasi untuk menang,” ujar Senior Vice President MarkPlus Institute Yosanova Savitry dalam webinar Marketeers iClub bertajuk Delivering The Next Product Innovation, Jumat (05/06/2020).

Kedua, tidak hanya puas pada inovasi pertama, perusahaan harus mempersiapkan inovasi berikutnya untuk mengelabui kompetitor. Ketiga, setelah berhasil dengan dua langkah pertama, maka perusahaan perlu menghadirkan inovasi untuk sustainability,”

Langkah penting lainnya adalah memilih dan menyeimbangkan portofolio inovasi di dalam perusahaan. Portofolio pertama adalah Core, mengoptimasi produk dan layanan yang sudah dimiliki untuk dieksploitasi kembali bagi konsumen yang sudah ada. Contohnya dengan menghadirkan kemasan baru, formulasi lebih ringan, dan menambah kenyaman lewat layanan.

Portofolio kedua yaitu Adjacent, pada tipe ini perusahaan dapat mengekspansi pasar dengan melihat pasar terdekat yang memiliki core sama. Sehingga dapat memperluas bisnis ke bisnis baru. Contohnya adalah menawarkan produk mengikuti tren teknologi yang ada.

Portofolio ketiga, Transformational, di mana perusahaan mengembangkan terobosan dan menciptakan hal-hal yang belum ada di pasaran. Namun, perusahaan harus berhati-hati dalam mengambil keputusan. Karena, berinovasi tidaklah murah dan tidak juga mahal. Perusahaan harus bisa memastikan prioritas yang harus dilakukan terlebih dulu.

“Memang tidak mudah bagi perusahaan menentukan langkah yang perlu diambil ketika dihadapkan dengan ketiganya. Tidak jarang, perusahaan berpikir bahwa inovasi harus transformational. Namun, jika diperhatikan, kita harus bisa mengatur ketiganya dengan baik untuk menemukan komposisi yang pas,” jelas Yosanova.

Untuk melihat inovasi yang dilakukan berjalan dengan baik atau tidak, maka diperlukan tes. Paling tidak sebelum melanjutkan inovasi lainnya, perusahaan harus mengetahui apakah mereka sudah mendapatkan competitive advantage dari inovasi yang sudah berjalan.

Competitive advantage sendiri pada dasarnya adalah kemampuan untuk meningkatkan willingness dari konsumen untuk membayar lebih. Dan, pada waktu yang bersamaan, perusahaan dapat menekan cost operation. Jika tidak ada keuntungan tersebut, maka lebih baik perusahaan tidak melanjutkan dari pada nantinya hanya menghabiskan resources yang ada.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related