Bagaimana Community Membantu Pemasaran di Industry E-sport & Sport

marketeers article
Bagaimana Community Membantu Pemasaran di Industry E-sport & Sport (FOTO: 123RF)

Berbagai cara dilakukan merek untuk mendorong penjualan. Salah satunya melalui community marketing atau pemasaran melalui komunitas. 

Melalui komunitas, interaksi antara merek dengan kumpulan individu dengan seragam minat ini terbangun. Terbangunnya interaksi bilateral ini menjadi kunci bagaimana merek harus bersikap, mengembangkan produk, serta memetakan pasar.

Komunitas dapat terbentuk atas berbagai dasar, salah satunya minat. Olahraga menjadi salah satu minat yang dapat membentuk komunitas. 

Sebut saja komunitas lari, komunitas pencinta klub sepakbola, jika berbicara mengenai olahraga fisik, dan komunitas gaming atau e-sports bila seputar olahraga non-fisik atau elektronik. Minat sekelompok individu terhadap salah satu atau lebih cabang olahraga ini yang menyatukan mereka menjadi sebuah komunitas.

Kompetisi yang terjadi dalam olahraga menjadi alasan merek menjajakan produk-produknya. Komunitas yang terbentuk atas kecintaan terhadap salah satu cabang olahraga ini menjadi celah merek untuk masuk menjajakan produk mereka. 

Melalui komunitas, merek mampu mengukuhkan citranya, bahkan mampu menjadikan komunitas sebagai investasi jangka panjang untuk merek. Mengapa demikian?

BACA JUGA: Driving Range Take Over, Community Marketing Ala Golf House

Penelitian yang dilakukan Vesta berjudul “Claiming Community in the The 2020s and Beyond: The Big Online Brand Community Study” menunjukkan empat dari lima konsumen menganggap bahwa komunitas penting untuk brand engagement. Penelitian ini dilakukan terhadap 4.909 responden di Amerika Serikat (AS) dalam rentang waktu 2 November hingga 14 Desember 2022. 

Selain itu, 79% konsumen yang diteliti menilai komunitas penting untuk berinteraksi dengan merek. Bahkan 32% di antaranya menganggap komunitas sangat penting.

Selain itu, rupanya komunitas memiliki dampak lebih terhadap generasi Z atau yang biasa disebut Gen Z ini. Riset Vesta menunjukkan 43% responden Gen Z melihat komunitas sebagai medium penting untuk berinteraksi dengan merek. 

Persentase ini 13% dibandingkan responden generasi lainnya. Riset membuktikan komunitas juga berperan dalam mendorong penjualan produk milik merek. 

Vesta memaparkan 78% responden mengaku bahwa komunitas membuat mereka berpotensi tinggi untuk mencoba produk atau layanan baru dari merek tersebut. Selain membeli, 74% responden mengaku akan memberikan ulasan terhadap produk atau layanan, bila bergabung dengan komunitas yang terkait dengan merek.

BACA JUGA: Community Marketing, Strategi Somethinc Tarik Penggemar K-Pop

Tak sekadar mendorong penjualan, dampak komunitas juga berpengaruh pada persepsi konsumen terhadap merek. Proses merek berinteraksi dengan komunitas dan relasi keduanya dibangun menentukan seperti apa citra merek. 

Sebanyak 92% Gen Z yang menjadi responden mengamini hal ini. Dengan demikian, tak jarang jamak merek di bidang olahraga mulai merambah komunitas-komunitas yang selaras dengan produk dan layanan yang dimiliki merek. 

Salah satu cabang olahraga, yakni e-sports menjadi medan tempur bagi perusahaan manufaktur perangkat gim, salah satunya ASUS. Merek ini melihat bahwa komunitas adalah salah satu bagian penting dalam pemasaran perusahaan.

ASUS di Indonesia memiliki komunitas gaming yang terbentuk organik atas jenis produk yang dimiliki, dan komunitas yang dibentuk perusahaan yang bernama ROG Indonesia Community. Komunitas yang dibentuk perusahaan dikelola melalui laman situs www.rogcommunity.id. 

Laman ini menyatukan komunitas yang ada di platform Facebook dan juga Discord. Dalam industri olahraga yang lebih spesifik, yakni e-sports, ASUS meyakini pada umumnya, loyalitas pengguna terbentuk karena kualitas produk dari merek yang mereka miliki. 

Selain itu, banyaknya pengguna lain yang memakai produk yang sama akan membuat komunitas tersebut menjadi lebih aktif. Melihat pentingnya komunitas dalam ekosistem bisnis perusahaan, ASUS pun berusaha membina relasinya dengan komunitas.

“Yang paling utama adalah dengan tetap berkomunikasi dengan para anggota komunitas dan tetap terus membuat berbagai aktivitas bersama dengan para penggunanya. Baik aktivitas online atau offline, dengan bentuk mengadakan kompetisi, gathering, group discussion sampai roadshow ke kampus-kampus, baik di Jakarta ataupun di luar kota di seluruh Indonesia,” ujar Muhammad Firman, Head of Public Relations ASUS Indonesia Systems BG.

Pria yang karib disapa Firman mengamini komunitas merawat loyalitas. Loyalitas membuahkan afinitas. 

Baik gamer membutuhkan perangkat yang mumpuni, dan ASUS mengakomodasi kebutuhan tersebut. Simbiosis mutualisme yang terjalin melalui komunitas menghasilkan word of mouth, atau advokasi dari mulut ke mulut.

Komunitas yang loyal tak sekadar menjadi captive market, namun berperan menjadi evangelist produk perusahaan. 

“Namun, pemasaran kami tidak berkurang. Sebaliknya, justru semakin tinggi karena kami perlu menyediakan wadah dan anggaran tertentu untuk mengelola engagement dengan komunitas tersebut. Kami melihatnya sebagai investasi jangka panjang dan bisa memberikan dampak langsung terhadap penjualan produk,” kata Firman.

Selengkapnya hanya di Majalah Marketeers Edisi Juli 2023.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related