Bagaimana Mengubah Kebiasaan Donasi Offline ke Online

marketeers article

Aplikasi atau perusahaan berbasis crowdfunding mulai jadi tren saat ini. Di Amerika Serikat, ada crowdfunding bernama Kickstarter. Di Indonesia tidak mau kalah, ada crowdfunding bernama Kitabisa.com. Bedanya? Jika Kickstarter berkonsep penggalangan dana untuk sebuah proyek atau kampanye bernafaskan bisnis, Kitabisa.com memiliki konsep sama namun tujuannya untuk sosial.

“Berangkat dari ramainya kepedulian dan simpati masyarakat terhadap fenomena banyaknya orang tidak mampu muncul di media sosial. Sayang sekali simpati itu hanya berbentuk like di dunia online. Kehidupan masyarakat yang disorot tidak berubah. Maka dari itu Kitabisa.com mengajak masyarakat untuk membuat kampanye sosial untuk menolong sesama yang kekurangan lewat platform online,” ujar CEO dan Co-Founder Kitabisa.com M Alfatih Timur di ajang Jakarta Marketing Week 2016 di Kota Kasablanka pada Rabu (11/5) 2016.

Seperti apa? Ia memberi contoh ada masyarakat peduli kepada seorang pria tidak mampu dengan cita-cita menunaikan ibadah umroh. Ia kemudian posting dan membuat kampanye penggalangan dana di Kitabisa.com. Lewat platform ini hanya dalam waktu singkat terkumpul Rp 130 juta sehingga si pria paruh baya tersebut bisa pergi ke Tanah Suci. “Padahal targetnya hanya Rp 40 juta saja. Sisanya terserah pengguna di mana di kasus ini ditujukan untuk membuka usaha dan biaya ibadah haji,” sambung pria dari Universitas Indonesia ini.

Total hingga saat ini, Kitabisa.com sudah mengumpulkan Rp 13 miliar dengan jumlah pendonasi dengan berbagai kampanye sosial sekitar 70.000. Dengan konsep sosial ini juga, Fatih berharap pendonasi pada bulan Ramadhan mendatang akan meningkat sekitar 10 kali lipat dari biasanya.

Apa yang dilakukan Fatih ini sebenarnya tidak hanya untuk membantu mereka yang kekurangan keluar dari kesulitan finansial. Tapi utamanya adalah mengubah kebiasaan masyarakat dalam berdonasi. Jika dulu donasi harus secara offline di berbagai tempat seperti ibadah maupun yayasan. Namun masyarakat dengan mudah tanpa keluar rumah dan hanya lewat layar di perangkatnya sudah bisa menyumbang. Begitu juga sebaliknya. Masyarakat penggalang dana tidak harus susah-susah untuk turun ke jalan atau melakukan kegiatan offline memakan waktu serta tenaga. Tinggal kampanye online saja.

Yang jadi pertanyaan tentu saja bagaimana startup berkonsep sosial ini bisa terus sustain atau bertahan, alias menghasilkan pemasukan. “Kami kenakan 5% dari pemasukan setiap kampanye. Walau konsepnya sosial, harga 5% itu adalah nominal penawaran nilai lebih kami di mana laporan keuangan pemasukan donasi bisa transparan selain tentu saja berbagai benefit lain yang akan didapatkan penggerak kampanye,” sambung Fatih.

Konsep bisnis itu sendiri tidak diterapkan ke semua jenis kampanye. Penggalangan dana untuk orang sakit dan bencana tidak dikenakan biaya. Selain pemasukan reguler, Kitabisa.com sudah mendapatkan pendanaan dari satu angel investor dan tiga venture capital tanpa Fatih menyebut berapa nominalnya.

Editor: Sigit Kurniawan

Related