Bagaimana Seharusnya Pemain E-Commerce Persiapkan Era New Normal

marketeers article
Smart phone online shopping in woman hand. Network connection on mobile screen. Payments online. Shopping mall department store background

Memasuki bulan puasa di era pandemi, beberapa pemain di industri e-commerce terus berupaya memasarkan produk dan layanannya. Semuanya hampir serupa dalam memasarkan produknya.

Menurut Ignatius Untung selaku Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), banyak pemain e-commerce yang menggunakan pola yang mirip, khususnya di tahapan awareness dan consideration.

“Pada tahap consideration banyak pemain yang sudah menyisipkan tema-tema yang berbau COVID-19. Meliputi prosedur keamanan, komitmen pelayanan, dan juga klaim bisnis dan layanan mereka adalah solusi untuk saat ini,” terang Untung dalam acara Industry Roundtable di Jakarta, Selasa (28/4/2020).

Meskipun begitu, banyak pemain e-commerce yang hanya menyentuh tiga level, awareness, consideration, dan conversion saja. Belum ada yang benar-benar menyentuh tahapan loyalty dan advocacy.

Menurut Untung, kalaupun ada pemain yang sudah menyasar level loyalty, medium yang digunakan adalah melalui remarketing dan email blast.

Situasi ini akan memberikan lampu kuning bagi para pemain e-commerce untuk memikirkan kembali bagaimana bisnis mereka setalah era pandemi ini. Memasuki era new normal, banyak konsumen yang saat ini masih pada tahap anxiety alias resah. Bagi Untung, tahapan ini perlahan-lahan akan naik menjadi need dan want.

“Permasalahannya apa yang telah dicapai sekarang oleh para pemain belum tentu bisa sukses di masa new normal mendatang,” imbuh Untung.

Ia mencontohkan, situasi saat ini banyak orang yang menahan pembelian. Tapi, di satu sisi mereka siap ‘balas dendam’ untuk membeli produk dan layanan ketika situasi sudah pulih. Di sini, para pemain e-commerce perlu berpikir ulang bahwa produk dan layanannya cocok dengan masa setelah pandemi.

“Apakah produk masih relevan? Semisal masker, apakah setelah pandemi ini orang akan selamanya pakai masker?” tambahnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemain selain relevansi produk adalah fungsi produk yang memberikan kesan butuh di benak konsumen dan menggunakannya secara rutin.

Namun terlepas dari itu, Untung menggarisbawahi bahwa pada dasarnya saat ini diperlukan empati dari para pemain kepada para konsumen.

“Banyak brand lupa kalau kita memasarkan produk ke orang, dan orang itu butuh empati. Perhatikan, produk kita ini dipakai karena menarik atau karena konsumen tidak punya pilihan,” tutup Untung.

    Related