Bagaimana Tren Konten Pemasaran Tahun 2024 di TikTok?

marketeers article
Ilustrasi TikTok, sumber gambar: 123rf

TikTok saat ini menjelma menjadi sebuah platform yang sangat efektif meningkatkan penjualan produk maupun jasa. Penawaran produk yang dikemas dengan konten storytelling menarik membuat cara pemasaran ini sangat digemari dan berkembang dengan sangat cepat.

Lalu, bagaimana tren konten pemasaran di TikTok tahun 2024? Haswar Hafid, Head of Brand Partnerships TikTok Indonesia menjelaskan tren konten pemasaran bergerak dengan sangat cepat.

BACA JUGA: Kisah H&H Skincare Kembangkan Bisnis Lokal Melalui TikTok

Jangkauan audiens pun sangat besar dengan digunakan sebanyak 106,51 juta orang pada Oktober 2023. Hal ini menjadi kekuatan untuk mendorong penjualan.

Secara umum, Haswar membagi tren konten pemasaran di TikTok menjadi tiga bagian yang berbeda. Pertama, yaitu yang sifatnya jangka pendek dan kepopuleran yang singkat atau disebut sebagai Trend Moments.

BACA JUGA: Sudah Gabung Tokopedia, TikTok Kembali Ditegur Pemerintah

“Tren ini muncul dengan cepat dan tingkat partisipasi komunitas juga sangat tinggi. Contohnya di tahun 2023 lalu, ketika Lebaran, tren membuat konten seperti ala film-film Wes Anderson secara cepat menjangkau banyak orang, termasuk di Indonesia. Konten-konten Wes Anderson ini dilihat sebanyak 2,8 miliar kali di seluruh dunia. Konten ini populer secara singkat, dan redup tidak lama kemudian,” kata Haswar kepada Marketeers, Jumat (5/1/2024).

Tren kedua adalah Trend Signals. Ini biasanya terjadi ketika para pengguna melihat adanya perubahan perilaku komunitas yang disebabkan oleh tipe-tipe konten tertentu.

Sebagai contoh, ketika pandemi COVID-19 terjadi, konten video berdurasi pendek di TikTok menjadi salah satu cara bagaimana brand memperkenalkan dan menunjukkan kegunaan produk mereka. Dari kategori pakaian sampai kecantikan, komunitas TikTok menjadi makin terbiasa untuk menonton dan bahkan membuat review tentang produk-produk yang mereka gunakan.

“Hal ini kemudian memengaruhi keputusan pembelian konsumen,” ujarnya.

Ketiga, adalah Trend Forces. Haswar mengkategorisasikan ketika terjadi perubahan perilaku yang lebih besar, lebih transformatif dan mempengaruhi lingkup industri secara keseluruhan. Contoh yang relevan dengan adalah bagaimana live shopping berkembang secara pesat di Indonesia.

Konsumen menjadi terbiasa untuk belanja melalui fitur live shopping yang ada di platform e-commerce. Tidak hanya itu, ekosistem terkait live shopping juga ikut tumbuh.

Brand maupun agensi banyak yang akan membangun studio untuk melakukan live shopping. Profesi sebagai live streamer dan affiliator juga semakin bakal menjamur,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related