Bahlil Lahadalia Akui Hilirisasi Industri Terganjal Kesiapan SDM

marketeers article
Bahlil Lahadalia (FOTO: Dok Kementerian Investasi/BKPM)

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkap berbagai tantangan hilirisasi sektor industri. Salah satunya, kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang belum bisa diakomodasi secara menyeluruh.

Dia menilai Indonesia perlu memaksimalkan sumber daya yang ada selain berbesar hati jika harus ada tenaga asing.

“Kita ini jangan pesimis. Indonesia harus siap menuju hilirisasi. Strateginya, maksimalkan tenaga dalam negeri yang sudah ada. Kalau belum ada, kita harus berbesar hati terima dari luar (negeri). Jauh lebih penting adalah transfer knowledge. Tinggal bagaimana kita melakukan percepatan,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Kamis (6/10/2022).

Bahlil menuturkan sejak masa penjajahan sampai kemerdekaan (tahun 90-an), ekspor Indonesia masih sama, yaitu berupa komoditas mentah. Pemerintah perlu mendorong agar tidak terjebak menjadi negara pendapatan menengah (middle income trap). Hilirisasi industri dinilai jadi solusi tepat.

“Kita harus optimis di era ekonomi yang gelap. Ke depannya, kami ingin Indonesia menjadi salah satu pemain terbesar melalui hilirisasi. Tidak hanya ingin hilirisasi, kami juga ingin investasi yang masuk ke daerah wajib berkolaborasi dengan UKM,” ujarnya.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Teguh Dartanto mengatakan mimpi Indonesia untuk menjadi negara maju dan keluar dari middle income trap adalah dengan melakukan transformasi ekonomi. Untuk itu, hilirisasi dilakukan agar perekonomian dalam negeri tumbuh, dengan prinsip lebih hijau dan lebih berkelanjutan. 

Namun, ia mengingatkan agar harus ada nilai tambah melalui hilirisasi. Artinya, investasi tidak sekadar angka, tapi yang memberikan dampak bagi masyarakat Indonesia.

“Dulu kita ekspor konsentrat, tetapi dengan hilirisasi, kita olah di dalam negeri, lalu produknya kita ekspor. Kenapa dilakukan? Karena nilai tambahnya akan jatuh di negara kita. Salah satu alasan kita bertahan selama COVID-19 ini adalah hasil dari hilirisasi, hingga ekspor kita meningkat drastis. Di sini juga ada isu kearifan lokal, di mana investasi tujuan akhirnya adalah pembangunan manusia dan bangsa kita,” kata Teguh.

Related