Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam upaya transisi menuju energi bersih, sejalan dengan implementasi Perjanjian Paris (Paris Agreement). Adapun salah satu potensi yang bisa dimanfaatkan untuk energi bersih adalah hidrogen hijau.
Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan ke depan hidrogen akan memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada tahun 2060, hidrogen hijau diproyeksikan dapat menyumbang hingga US$ 70 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, serta menciptakan 300 ribu lapangan kerja langsung di sektor elektrolisis hidrogen hijau.
BACA JUGA: Miliki 21 GHP, PLN Bisa Produksi 199 Ton Hidrogen Hijau
Kendati demikian, dia menyebut pemanfaatan sumber daya tersebut harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Salah satu langkah konkretnya adalah pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi bersih yang dijalankan secara komprehensif.
“Saya ingin mengatakan bahwa Indonesia akan selalu berada pada bagian yang akan menjalankan komitmen itu tetapi dengan penuh hati-hati secara mendalam. Buktinya bahwa Presiden Prabowo telah berbicara tentang kedaulatan swasembada energi, di dalamnya di situ adalah energi hijau, energi baru terbarukan, dan hidrogen merupakan bagian daripada visi besar itu,” ujar Bahlil melalui keterangan resmi, Rabu (16/4/2025).
BACA JUGA: PLN Targetkan Menggunakan 9,9 Juta Ton Hidrogen Pada Tahun 2060
Bahlil mendorong peningkatan daya saing Indonesia di sektor energi hijau. Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif yang dapat dimanfaatkan untuk menembus pasar global seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS).
“Dalam perspektif Indonesia, kita mempunyai keunggulan kompetitif terhadap energi hijau yang kemudian bisa kita penetrasi kepada pasar di mana pun, Eropa, Amerika, di mana saja. Karena kita saling membutuhkan, kita harus membangun komunikasi politik, komunikasi ekonomi yang win-win, yang saling menguntungkan,” katanya.
Khusus untuk hidrogen, Bahlil menyampaikan keyakinannya bahwa teknologi ini kini makin terjangkau dan kompetitif. Hal ini membuka peluang besar untuk mendorong pemanfaatan hidrogen dalam mendukung industri strategis nasional.
Kementerian ESDM pun akan mendorong lahirnya regulasi yang mendukung, termasuk menciptakan struktur harga yang lebih baik guna membuka pasar yang lebih luas.
“Semakin hari, akan dilakukan efisiensi terhadap penemuan-penemuan teknologi baru. Dan saya menunggu agar ini menjadi bagian terpenting dalam kontribusi kita kepada bumi, untuk mendorong energi baru dan terbarukan,” tuturnya.
Bahlil juga meluncurkan Buku Roadmap Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) yang diharapkan menjadi pedoman strategis bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pengembangan ekosistem hidrogen dan amonia, baik di tingkat nasional maupun global.
Buku RHAN merupakan dokumen yang mencakup analisis produksi, pemanfaatan, dan bagaimana strategi implementasinya, juga rencana aksi. Selain itu, Kementerian ESDM telah mengidentifikasi dari berbagai industri, ada 215 rencana aksi di dalam roadmap tersebut.
“Kita melihat perspektif mendatang untuk mengembangkan ekosistem hidrogen dan amonia di dalam negeri maupun global,” ujarnya.
Editor: Ranto Rajagukguk