Bahlil Ungkap Potensi Investasi Hilirisasi SDA Senilai US$ 545,3 Miliar

marketeers article
Bahlil Lahadalia (FOTO: Dok Kementerian Investasi/BKPM)

Pemerintah terus mendorong adanya proses hilirisasi sumber daya alam (SDA) yang terkandung di perut Indonesia. Tujuannya agar memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan tidak hanya sekadar menjual bahan baku.

Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di hadapan investor global dalam acara World Economic Forum (WEF) Annual Meeting di Davos, Swiss menuturkan potensi investasi untuk menggenjot hilirisasi mencapai US$ 545,3 miliar atau setara Rp 8.234 triliun (kurs Rp 15.101 per US$) hingga tahun 2035. Investasi ini tidak hanya untuk sumber daya nikel, melainkan ada delapan sektor prioritas lainnya seperti mineral, batubara, minyak bumi, gas alam, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan dengan 21 komoditas.

“Indonesia akan menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang fokus menjalankan proses nilai tambah di negaranya sendiri. Ini semua sudah berjalan, ini sudah dimulai. Kami mengundang investor untuk datang membawa teknologi, modal, dan sebagian pasar,” kata Bahlil melalui keterangannya, Kamis (19/1/2023).

BACA JUGA: Bahlil Optimistis Investasi BASF Senilai US$ 2,6 Miliar Segera Terealisasi

Menurutnya, dalam mengejar target hilirisasi SDA tidaklah mudah. Sebab, kebijakan tersebut mendapatkan banyak tentangan dari negara-negara lain yang sudah terbiasa mendapatkan bahan baku murah dari Indonesia.

Kendati demikian, hilirisasi merupakan jalan tengah untuk Indonesia berubah dari negara berkembang menuju negara maju. Bahlil menyampaikan Indonesia dan negara berkembang lainnya ingin menapaki anak tangga yang sama dengan negara maju.

“Hilirisasi tidak hanya untuk menguntungkan para pengusaha dan investor, tetapi juga berkolaborasi dengan pengusaha daerah dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) yang ada di daerah agar tumbuh bersama-sama,” ujarnya.

BACA JUGA: Luhut: Semua Produsen Mobil Listrik Akan Investasi di Indonesia

Sementara itu, Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) memastikan, perusahaan energi milik negara ini sudah siap untuk melaksanakan program hilirisasi. Selain itu, transisi dari energi kotor menuju energi hijau pun telah dilakukan guna mengejar target Net Zero Emission 2060.

Dia bilang agar semua target dapat berjalan sesuai rencana, maka diperlukan kolaborasi bersama dari negara maju dan berkembang. Seluruh ekosistem dan infrastrukturnya juga perlu dipikirkan bersama demi kebaikan semua orang.

“Tantangan terbesar dalam transisi energi adalah pembiayaan, teknologi, dan kesiapan sumber daya manusia. Kerja sama global dengan aksi nyata antara negara merupakan kunci untuk memperlancar transisi energi,” tutur Nicke.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related