Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik, RI Gandeng Australia

marketeers article
Sumber gambar: Humas Menko Marves.

Indonesia menjalin kerja sama dengan Australia dalam upayanya mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Hal ini dalam rangka menindaklanjuti komitmen kedua negara pada Annual Leaders’ Meeting untuk memajukan kerja sama dan kolaborasi dalam industri kendaraan listrik.

Erick Thohir, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Ad Interim menuturkan mekanisme bilateral ini akan memfasilitasi hubungan kerja sama yang saling menguntungkan, serta kolaborasi dalam memetakan rantai pasok dan ekosistem kendaraan listrik, berbagi best practice mengenai standar lingkungan sosial, dan tata kelola (ESG), mendukung transfer pengetahuan, memfasilitasi kemitraan bisnis-ke-bisnis baru serta membentuk komite pengarah bersama untuk memandu alur kerja dan memantau hasil kolaborasi.

BACA JUGA: PLN Targetkan Gunakan 100% Kendaraan Listrik pada 2024

“Indonesia dan Australia tidak hanya memiliki kedekatan geopolitik, namun keduanya juga memiliki sumber daya mineral yang melimpah, serta peluang untuk menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan kendaraan listrik global,” kata Erick, Jumat (24/11/2023).

Menurutnya, nikel dan litium adalah dua mineral utama yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik. Indonesia telah mengembangkan industri hilirisasi nikelnya menuju ekosistem kendaraan listrik dalam lima tahun terakhir.

BACA JUGA: Hingga Pertengahan 2023 Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Serap 1.000 Pekerja

Hingga kini telah ada tiga pabrik di Indonesia yang beroperasi untuk memproduksi mixed hydroxide precipitate, bahan dasar prekursor baterai. Selain itu, beberapa proyek manufaktur baterai juga telah direncanakan dimulai pada beberapa tahun mendatang.

Sementara itu, Australia memiliki 24% cadangan litium dunia dan menempati urutan kedua setelah Chili.  Australia bahkan menyumbang 43% dari ekstraksi litium global pada tahun 2022.

Negeri Kanguru dapat mengambil manfaat dari sumber daya litium yang melimpah ini dengan berkolaborasi dengan Indonesia yang telah mengembangkan industri nikelnya dalam membangun poros baru ekosistem baterai kendaraan listrik, serta menjalin aliansi.

“Dengan adanya komitmen dari pemerintah Australia untuk menugaskan perwakilan dari Departemen Perindustrian, Ilmu Pengetahuan, dan Sumber Daya (DISR) dan Departemen Perubahan Iklim, Energi, Lingkungan dan Air (DCCEEW) ke Kedutaan Besar Australia di Jakarta, kami yakin nota kesepahaman ini dapat menjadi tonggak kolaborasi nyata untuk menggapai ambisi bersama ini,” tutur Erick.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related