Bank Digital Diperkirakan Baru Terbukti Sukses dalam Dua Tahun

marketeers article
Ilustrasi bank digital. Sumber gambar: 123rf.

Industri bank digital diperkirakan dapat membuktikan eksistensinya pada dunia bisnis dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Hal ini lantaran ekosistemnya yang masih belum terbentuk secara menyeluruh.

Aviliani, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengatakan ke depan hanya bank-bank digital yang telah memiliki ekosistem kuat yang dapat bertahan. Sementara itu, sisanya akan berguguran dengan sendirinya.

BACA JUGA: Dorong Pertumbuhan Bank Digital, Bank Jago Serukan Kolaborasi

“Bank digital itu akan teruji di dua tahun berikutnya, apakah mereka akan bertahan atau tidak. Karena jika tidak ada ekosistem yang mendukung maka akan jadi euforia sementara saja,” kata Aviliani dalam MarkPlus Conference 2023 di Jakarta, Kamis (8/12/2022).

Menurutnya, fenomena tersebut sudah terlihat sejak beberapa tahun ke belakang ketika perbankan mulai berbondong-bondong mengampanyekan digitalisasi. Bagi bank dengan modal tebal, mereka banyak yang mencaplok ekosistem-ekosistem pendukung bank digital seperti pembayaran online.

BACA JUGA: Astra Financial Akuisisi Bank Jasa Jakarta, Siap Luncurkan Bank Digital

Kendati demikian, Aviliani tetap optimistis industri bank digital dapat berkembang di Tanah Air. Apalagi, lanjutnya, penetrasi internet dan smartphone makin masif dewasa ini.

“Saya percaya bank digital akan bisa berkembang dan diterima masyarakat. Dengan pengguna smartphone sebanyak 170 juta orang dan penetrasinya sebesar 61,7% dari populasi merupakan pasar yang sangat besar,” ujarnya.

Di sisi lain, Aviliani memproyeksikan pada tahun 2023 kondisi perekonomian nasional masih tetap terjaga meskipun terjadi perlambatan. Dia berujar tingkat inflasi terkendali di level 5% sepanjang tahun sehingga berdampak pada industri bank digital.

Tak hanya itu, stabilitas harga akan terkendali pada tahun depan yang diiringi dengan persebaran serta percetakan uang yang bisa terjaga. Namun, pemangku kebijakan harus memperhatikan supply dan demand supaya harga tidak melonjak seketika.

“Jangan sampai kedua hal ini tidak seimbang sehingga membuat harga anjlok ataupun melonjak,” ucapnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related