PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2025 sebesar 4,93%. Meski begitu, pada tahun ini kondisi perekonomian nasional tetap menunjukkan ketahanan yang solid dalam menghadapi tantangan global.
Andry Asmoro, Chief Economist Bank Mandiri menjelaskan, pelambatan pertumbuhan ekonomi mulai terlihat sejak kuartal I sebagai bagian dari proses normalisasi menuju pola pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang dan sehat. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I tahun 2025 tercatat sebesar 4,87% (year-on-year/yoy), sedikit menurun dari capaian 5,02% pada kuartal sebelumnya.
BACA JUGA: Permata Bank Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi 2025 Hanya 4,5-5%
Penurunan ini dipengaruhi oleh efek basis tinggi dari tahun 2024 serta adanya sinyal awal perlambatan investasi domestik usai penyelenggaraan pemilu. Di sisi eksternal, ketidakpastian meningkat akibat kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) yang semakin proteksionis melalui tarif resiprokal.
Hal ini menimbulkan volatilitas di pasar keuangan global dan membuat International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,3% menjadi 2,8%. Meski begitu, konsumsi rumah tangga tetap tumbuh 4,89% (yoy).
BACA JUGA: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Tahun 2025 Hanya 4,87%
Perayaan Idulfitri 2025 tetap menjadi pendorong utama meski masyarakat mulai menunjukkan kecenderungan untuk memperbesar alokasi dana ke tabungan. Inflasi pun tetap terkendali, hingga April 2025, inflasi tahunan tercatat 1,95%.
Normalisasi tarif listrik setelah berakhirnya program subsidi menjadi penyumbang utama dari kenaikan inflasi yang terbatas tersebut. Rupiah sempat menghadapi tekanan sepanjang 2025 akibat ketegangan geopolitik global dan menguatnya dolar AS.
“Sehingga kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4,93% sepanjang 2025,” kata Andry melalui keterangan resmi, Selasa (20/5/2025).
Andry menyebutkan, peluang akselerasi pertumbuhan ekonomi tetap terbuka melalui sinergi kebijakan fiskal dan moneter yang efektif dalam menjaga daya beli serta mendorong investasi.
Dia menyoroti sektor pertanian yang menunjukkan performa baik berkat program intensifikasi seperti pompanisasi dan distribusi pupuk, serta langkah ekstensifikasi melalui pembukaan lahan baru yang direncanakan dengan baik.
“Sektor-sektor terkait mobilitas, seperti transportasi, perhotelan, informasi dan komunikasi, serta hiburan, terus menopang pertumbuhan. Pergeseran gaya hidup menuju konsumsi berbasis pengalaman mendorong perputaran ekonomi di sektor jasa,” ungkapnya.
Harga komoditas yang masih berada di tingkat tinggi tetap menjadi kontributor positif terhadap kinerja ekspor dan pendapatan perusahaan. Meski terjadi koreksi harga, margin masih berada dalam level wajar dan mendukung stabilitas sektor eksternal.
Dari sisi kebijakan, Tim Ekonom Bank Mandiri memproyeksikan Bank Indonesia akan tetap menjalankan kebijakan moneter yang akomodatif sepanjang 2025, dengan ruang pelonggaran terbuka selama stabilitas harga dan kurs rupiah tetap terjaga. Sementara itu, percepatan realisasi belanja pemerintah diprediksi menjadi penyangga utama menghadapi ketidakpastian global.
Riset Mandiri Spending Index (MSI) per 11 Mei 2025 menunjukkan tingkat konsumsi masyarakat terus pulih pasca-Lebaran, tercermin dari skor indeks yang mencapai 257,9 poin. Hari libur seperti Hari Buruh dan Waisak turut mendongkrak konsumsi, terutama pada sektor transportasi dan perjalanan.
“Belanja masyarakat tercatat naik signifikan di awal Mei, meski kemudian mengalami normalisasi wajar. Provinsi tujuan wisata seperti Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mencatat kenaikan tertinggi selama periode libur panjang,” imbuhnya.
Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan di kuartal I 2025 mengalami moderasi. Pertumbuhan kredit secara industri mencapai 9,16% (yoy) per Maret 2025.
Namun, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang hanya sebesar 4,75% menyebabkan likuiditas menjadi lebih ketat, dengan rasio LDR meningkat ke level 88%.