Berbisnis Makanan Ringan non MSG

marketeers article

Dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga yang bergelut di bidang wirausaha, membuat saya tertarik untuk mengikuti jejak orang tua yang dari nol memulai sebuah usaha di bidang kuliner. Ayah membuka warung makan dan ibu membuat industri rumahan makanan ringan kripik paru dan kripik tempe. Keduanya dimulai sejak tahun 1978.

Industri rumahan pembuatan kripik paru dan kripik tempe dengan jumlah karyawan 4-5orang tersebut proses pembuatannya yang masih manual, belum menggunakan alat mesin pengolah otomatis dan dimulai dengan memilih bahan-bahan yang berkualitas, terutama pada bahan utamanya yaitu paru sapi dan tempe. Prisnsip yang selalu di pegang oleh kedua orang tua saya adalah kualitas. Yang menjadi keunggulannya adalah tidak menggunakan bahan pengawet semacam MSG (Monosodium Glutamate) yang sangat tidak baik untuk kesehatan.

Selama ini pemasarannya hanya melalui pelanggan warung makan milik ayah saya. Dari tahun 1978 sampai 2009 sepertinya belum ada kemajuan pesat. Meskipun semua pelanggan sudah banyak yang menikmati kripik paru dan kripik tempe buatan ibu saya. Namun saya rasa itu masih kurang, saya mempunyai keinginan dan mimpi agar usaha milik kedua orang tua saya bisa berkembang hingga ke luar kota bahkan kalau bisa sampai ke luar negeri. Orang tua saya tidak ingin usahanya di manajemen oleh orang lain. karena murni usaha keluarga, maka saya sebagai seorang anak mempunyai kewajiban ikut andil dalam mengembangkan usaha ini.

Kripik paru dan kripik tempe ini sudah banyak dari berbagai daerah yang membuatnya, yang paling terkenal adalah kripik paru dan kripik tempe buatan Salatiga, namun kripik paru dan kripik tempe dari Pekalongan buatan ibu saya berani bersaing dengan daerah-daerah lain.

Sejak dibangku SMA tahun 2006 saya mulai memasarkan di sekolah. Namun kendalanya karena saya sekolah di luar kota sehingga ongkos kirimnya terlalu mahal, dan saat itu belum bisa untuk fokus antara sekolah dan berjualan. Sempat berhenti hingga pertengahan di bangku kuliah, kemudian memulai lagi untuk memasarkannya.

Dibangku kuliah ini saya mulai mengembangkan lagi dengan mengikuti kegiatan expo yang diadakan oleh kampus. Setiap ada expo atau bazar saya selalu mengikuti dan hasilnya Alhamdulillah bisa untuk tambahan uang jajan. Tidak hanya offline saja pemasarannya, namun saya memanfaatkan jejaring sosial dengan membuat group untuk pelanggan pecinta warung makan ayah saya. Dan saya memesarkannya melalui jejaring sosial tersebut.

Usaha saya ini masih menumpang di kos-kosan yang saya tempati tapi saya berkeinginan mempunyai lokasi sendiri dari hasil sisa keuntungan dari penjualan, karena bagi saya sesuatu yang besar dimulai dari hal yang sangat kecil.

————————————

Penulis : Faathimatuz Zahroh

*Ilustrasi dari http://www.detikfood.com/read/2009/06/26/174027/1154776/482/camilan-ringan-khas-vietnam

Artikel ini dalam rangka Youth Startup Icon 2011

Related