Berpotensi Tumbuh, Kemenperin Kembangkan Industri Sagu dan Cokelat

marketeers article
Beautiful Creative Chocolate Sweets on Natural Black Stone Background. Mix of Chocolates Top View and Flat Lay with Place for Text. (FOTO:123rf_

Industri sagu dan cokelat artisan di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Besarnya potensi untuk pengembangan industri sagu dan cokelat artisan dapat dilihat dari ketertarikan calon mitra luar negeri pada pameran Hannover Messe 2023 yang diselenggarakan di Hannover, Jerman beberapa waktu lalu.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan, dalam Hannover Messe 2023, salah satu perusahaan industri pengolah sagu yakni PT Bangka Asindo Agro mencatatkan transaksi potensial senilai Rp 6 miliar.

Di pameran itu, para calon mitra potensial yang tertarik untuk bekerja sama dengan industri sagu dan cokelat artisan berasal dari Jerman, Uzbekistan, dan Belanda.

“Dalam rangka mendorong penumbuhan industri pengolahan sagu dan cokelat artisan, kami menyelenggarakan rapat kerja untuk mendalami potensi dan mengambil langkah strategis,” kata Putu dikutip dari website Kemenperin.

Menurut Putu, tepung sagu merupakan salah satu bahan pangan sumber daya lokal yang memiliki potensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan utama.

Karena, dengan konten pati yang cukup tinggi, produktivitas tanaman sagu dapat mencapai 6,25 – 7,5 ton pati/Ha/tahun, dengan asumsi pohon sagu yang dipanen hanya sebanyak 25 pohon sagu/Ha. Dengan demikian, potensi pati yang bisa dimanfaatkan bisa mencapai 41,25 juta ton pati sagu/tahun.

Ia juga menekankan, pati sagu juga memiliki keunggulan dari sisi kesehatan yaitu gluten free, low glycemic index, dan high resistance starch content sehingga cocok dikonsumsi penderita diabetes.

BACA JUGA: Kemenperin Cetak Ribuan Pelaku Industri Animasi Berbakat 

Pemanfaatan sagu dapat mendukung ketahanan pangan, mengingat ketersediaan sagu yang melimpah, sehingga dapat disimpan untuk waktu panjang, baik berupa produk pati maupun tanaman hidup. Sagu juga dapat dikembangkan untuk pasar ekspor melalui produk-produk turunannya.

“Penggunaan sagu sebagai bahan baku produk pangan sangat luas, di antaranya beras analog, mi instan, dan pemanis. Selain itu, sagu juga dapat dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol, biogas dan plastik biodegradable,” ucapnya.

Potensi pengembangan yang sangat luas ini membutuhkan kerja sama semua pemangku kepentingan. Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengembangkan industri sagu antara lain penggunaan dana alokasi khusus (DAK) untuk pembangunan infrastruktur, kegiatan promosi, dan menarik investor baru.

Berkaitan dengan itu, Direktorat Jenderal Industri Agro telah menyusun rencana aksi pengembangan industri sagu tahun 2023. Fokus rencana aksi dimulai dengan penyusunan pohon industri sagu, pemetaan produksi sagu dan pati sagu, pemetaan potensi kebutuhan sagu, hingga promosi investasi industri pengolahan sagu secara inklusif.

Sementara itu, industri cokelat artisan di Indonesia juga memiliki potensi yang besar untuk dioptimalkan. Saat ini terdapat 31 cokelat artisan dengan kapasitas terpasang 1.242 ton per tahun dan market share mencapai 1,3% dari 10% potensi pasar cokelat Indonesia.

Angka ini masih memiliki potensi untuk ditingkatkan, mengingat tren di pasar cokelat yang semakin memprioritaskan kualitas produk cokelat.

BACA JUGA: Kemenperin Dorong Kawasan Industri Terapkan Teknologi 4.0

Putu menyampaikan bahwa potensi pengembangan cokelat artisan ini masih terbuka. Pasalnya, industri cokelat artisan didukung oleh keberadaan Indonesia di khatulistiwa, yang merupakan tempat ideal bagi tumbuhnya tanaman kakao.

Saat ini, terdapat 16 lokasi biji kakao premium yang mempunyai keunikan cita rasa dan cerita yang berbeda dari masing-masing daerah untuk dibagikan kepada para konsumen.

“Cokelat artisan merupakan salah satu produk hilir kakao yang dibuat dair biji kakao kualitas premium dan melalui tahap proses produksi secara khusus sehingga menghasilkan produk cokelat berkualitas tinggi dan cita rasa yang khas. Selain itu, produk ini menyajikan storytelling yang menarik bagi konsumen dan masih terdapat 600 cita rasa cokelat di Indonesia yang perlu diekplorasi oleh pelaku usaha” ujarnya.

Industri Cokelat Artisan di Indonesia sendiri saat ini diarahkan untuk mengusung konsep bean to bar yang sangat memperhatikan kualitas bahan baku kakaonya. Beberapa cokelat artisan Indonesia bahkan sudah mulai masuk tahapan craft chocolate dengan menggunakan biji kakao fermentasi 100% yang mempunyai varietas langka atau unik, sehingga menghasilkan profil rasa, secondary flavour dan aroma yang khas dari biji kakaonya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related