Biaya ‘Nambang’ Kripto Turun, Bisa Dorong Harga Kripto?

marketeers article
Biaya ‘Nambang Kripto Turun, Bisa Dorong Harga Kripto? (FOTO:123RF)

Biaya rata-rata yang diperlukan untuk crypto mining atau menambang kripto dilaporkan turun secara signifikan. Laporan JPMorgan Chase & Co., mengatakan bahwa biaya yang diperlukan untuk menambang kripto saat ini berada di angka US$ 13.000 atau senilai Rp 195 jutaan. Angka tersebut turun dari biaya pada bulan Juni yang dicatat berkisar di angka US$ 24.000 atau sekitar Rp 361 jutaan.

Laporan Bloomberg mencatat bahwa penurunan biaya crypto mining disebabkan karena jatuhnya harga kripto. Selain itu, selama beberapa bulan, pasar kripto sedang mengalami masa kelamnya. Namun, laporan yang sama tidak bisa memprediksi, apakah menurunnya biaya crypto mining dapat membantu, atau justru memperparah kondisi pasar kripto.

“Banyak dugaan yang mengatakan bahwa ini terjadi karena banyak penambang yang berhenti, usai harga kripto jatuh. Sebagian berspekulasi bahwa biaya penambangan turun karena sedang musim panas, sehingga beberapa penambang berhenti sementara. Analis JPMorgan Chase yang dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou mengatakan hal ini terjadi karena penambang menemukan perangkat yang lebih efisien untuk menjaga profit,” tulis laporan Techspot, Jumat (15/7/2022).

Awan mendung tampaknya masih akan menyelimuti market aset kripto sepanjang pekan ini. Salah satu faktor besarnya adalah perilisan data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk Juni yang diumumkan pada Rabu (13/7/2022) waktu setempat.

Sejauh ini, banyak analis yang memprediksi AS telah mencatat inflasi tahunan sekitar 8,7%-8,8% pada bulan Juni. Jika nantinya data inflasi AS pada Juni sesuai dengan prediksi tersebut, maka investor harus siap-siap melihat nilai dolar AS yang semakin meroket dan kripto terpuruk.

“Data inflasi yang terus meninggi tentu akan direspons keras oleh The Fed dengan pengetatan suku bunga acuan. Peningkatannya bisa sangat agresif. Khawatirnya akan memukul market kripto dengan keras. Hal tersebut tentu akan membuat investor kabur dan memilih mengamankan asetnya ke aset safe haven seperti Dolar AS dan obligasi,” kata Afid Sugiono, Trader Tokocrypto, Rabu (13/7/2022).

Di sisi lain, dua bank sentral di Asia Pasifik menaikkan suku bunga 50 bps pada Rabu (13/7/2022) ini. Bank Sentral Korea (BoK) menaikkan suku bunga 50 bps ke 2,25%. Sementara itu Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) juga menaikkan suku bunga 50 bps ke 2,5%.

Melansir dari laman Coinmarketcap, pada Jumat (15/7/2022) pukul 13.00, 10 mata uang kripto dengan nilai kapitalisasi terbesar, secara mayoritas mengalami kenaikan 0,01% hingga 8,96% dalam 24 jam terakhir. Ethereum mencatat kenaikan tertinggi dengan 8,96%, sementara Tether dengan kenaikan terendah sebanyak 0,01%.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related