Bisakah Rumah Sakit Andalkan Teknologi Digital

marketeers article
Healthcare business graph and Medical examination and businessman analyzing data and growth chart on blured background

Di industri kesehatan, perubahan konsumen terlihat dari jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit. Sebelum terjadinya pandemi COVID-19, 31,8% pasien berkunjung ke fasilitas kesehatan setidaknya satu kali dalam satu tahun. Setelah pandemi, 71,8% pasien akan mengurangi kunjungannya dan beralih ke telemedicine.

“Rumah sakit harus bisa memperbaiki sumber daya manusianya. Penggunaan teknologi sangat dibutuhkan tetapi juga dibutuhkan perubahan transformasi budaya yang ada,” kata Fathema Djan Rachmat, Direktur Utama RS Pertamedika, dalam gelaran acara MarkPlus Conference 2021, Kamis (10/12/2020).

Layanan non-COVID-19 harus terus dimaksimalkan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sedangkan pelayanan COVID-19 nantinya akan lebih menggunakan teknologi dan perangkat digital untuk meningkatkan angka kesembuhan dan mencegah penularan.

Fathema mengatakan, industri kesehatan harus menangkap peluang digitalisasi. Inovasi diterapkan dalam model layanan melalui penggunaan Artificial Intelligence (AI) dan teknologi robotik yang akan hadir pada rumah sakit di masa depan. Selain itu, adanya digitalisasi dapat membuat data pasien terintegrasi antar rumah sakit.

“Di Pertamedika kami menerapkan single data patient dengan nomor medical record. Electronic medical record dapat diakses diseluruh 70 RS BUMN di bawah naungan Pertamedika dengan menggunakan nomor medical record tersebut,” jelas Fathema.

Penerapan blockchain systems dan cloud computing juga harus dilakukan. Kedua teknologi tersebut dapat mengamankan data pasien yang terkumpul. Layanan kesehatan dapat menyimpan data lebih aman dan akurat, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan mendatang, seperti predictive theraphy bagi pasien.

Teknologi lainnya yang diperlukan oleh rumah sakit adalah Internet of Medical Things dan Sensor 5G sehingga dapat memonitor kesehatan pasien baik dalam rumah sakit atau sedang rawat jalan. 3D printing juga diperlukan terutama bagi dokter gigi untuk mempermudah dalam menyediakan alat medis bagi pasien contohnya seperti gigi palsu dan bioprinting.

Fase Vaksinasi

Pemanfaatan teknologi juga akan semakin digunakan untuk mendistribusikan vaksin COVID-19. Fathema menuturkan, aplikasi dapat digunakan untuk memudahkan pasien untuk melakukan vaksinasi. Pasien cukup mendaftar melalui aplikasi kemudian akan dapat QR Code berisi jadwal vaksinasi, tempat vaksinasi, dan berapa dosis yang diperlukan.

“Tidak hanya membuat pasien merasa nyaman dan aman, tetapi teknologi juga dapat memonitoring kejadian pasca vaksinasi ataupun monitoring kepuasan pelanggan dan kebutuhan terhadap second dose. Sehingga dapat melihat efektifitas dari vaksinasi tersebut,” tutur Fathema.

Lebih lanjut, program vaksinasi yang akan mulai dilakukan pada tahun 2021 diharapkan dapat memberikan nilai bagi masyarakat. Supaya dapat memunculkan kekebalan masal dan tidak ada efek samping untuk jangka panjang maupun jangka pendek.

“Kami berharap program vaksinasi kami dapat berjalan lancar dan efektif bagi masyarakat. Sehingga pandemi COVID-19 dapat segera selesai. Berbagai peluang akan kami ambil dari COVID-19 agar kami bisa berkembang pada masa mendatang,” tutup Fathema.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related