Investasi berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG) makin populer di kalangan investor yang ingin mendapatkan keuntungan finansial sambil berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan sosial.
Selain itu, bisnis tersebut pun terus berkembang dari sisi nilai aset kelolaan dengan tren yang terus meningkat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nilai aset kelolaan atau asset under management (AUM) dalam indeks ESG Leaders dan indeks SRI-Kehati mencapai Rp 7,4 triliun pada November 2024.
Jumlah tersebut naik 204 kali lipat dibandingkan tahun 2015 yang hanya Rp 35 miliar. Bagi investor, diversifikasi dalam investasi ESG penting dilakukan untuk mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan.
BACA JUGA: Gandeng Eastspring Indonesia, Bank DBS Luncurkan Reksa Dana ESG
Adapun beberapa keuntungan yang didapatkan ketika melakukan diversifikasi investasi ESG, yakni potensi return jangka panjang. Hal itu lantaran perusahaan dengan kinerja ESG yang baik cenderung lebih tahan terhadap krisis dan memiliki daya saing yang lebih tinggi.
Selain itu, bisnis tersebut mendapatkan dukungan regulasi dan insentif dari pemerintah. Bahkan di berbagai negara perusahaan yang menerapkan prinsip ESG mendapatkan insentif tertentu sehingga memberikan berbagai keuntungan bagi investor.
Adapun dari sisi risiko, perusahaan yang berfokus pada ESG biasanya memiliki manajemen risiko yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi potensi kerugian akibat masalah hukum atau reputasi.
Untuk bisa mendapatkan keuntungan yang optimal dari investasi ESG, Maya Kamdani, CEO PT BNP Paribas Asset Management (BNP Paribas AM) membeberkan strateginya. Marketeers berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan perempuan yang telah berkarier lebih dari 16 tahun di BNP Paribas AM pada 18 Februari 2025. Berikut hasil wawancara tersebut:
Bisa dijelaskan bagaimana lanskap investasi ESG di Indonesia?
Kalau bicara tentang landscape mungkin saya berbicara lebih spesifik terkait dengan industri reksa dana karena kami manajer investasi yang bergerak di bidang itu. Jadi sebetulnya scope investasi ini lebih luas karena menyangkut tiga aspek.
Pertama E, yaitu environment yang berkaitan dengan keberlanjutan, kedua S berkaitan dengan sosial, ketiga G berkaitan dengan governance. Dari sisi regulasi, telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 51 Tahun 2017 Tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan.
BACA JUGA: BTN-Syailendra Capital, Kolaborasi Tingkatkan Investasi Reksa Dana
Awalnya kami mulai reksa dana ini tahun 2016 karena bagian dari BNP Paribas secara global yang telah berpengalaman di investasi berkelanjutan sejak tahun 2002. Di Indonesia kami mencoba menggabungkan prinsip ESG dengan prinsip syariah melalui produk BNP Paribas Cakra Syariah USD.
Respons pasar saat itu masih cukup asing, tapi dengan edukasi secara kontinu trennya terus naik dan jumlah investornya terus bertambah. Secara awareness dan maupun penerimaan investor untuk konsep ini lebih terbuka sekarang. Selain itu, dari kami sendiri telah bisa mendapatkan ratusan ribu investor ritel.
BNP Paribas menggabungkan prinsip ESG dan syariah, apa benang merahnya?
Benang merah atau titik tengahnya itu karena dua-duanya investasi yang berprinsip. Jadi ada nilai-niali kuat yang dipegang dari investasi ini dan kebetulan prinsip syariah dan sustainability itu ada kemiripan.
Dengan kata lain, investasi ini tidak menjalankan bisnis yang merugikan masyarakat, sosial, maupun lingkungan. Selain itu, syariah dan sustainability itu memegang prinsip exclusion sehingga sangat mirip dengan karakter investor di Indonesia.
Bagaimana BNP Paribas melakukan edukasi pasar untuk produk investasi reksa dana ESG?
Dari sejak tahun 2016 kami memulai dengan satu produk dan pada tahun 2024 memang sudah memasukkan pronsip berkelanjutan dalam proses investasi. Kami terus melakukan edukasi kepada seluruh investor terutama masuk dari sisi literasi keuangan dan diarahkan menuju investasi.
Upaya melakukan edukasi dan literasi keuangan pun tidak mudah karena mamng secara literasi masih cukup rendah. Akan tetapi, di sisi lain, kami cukup senang karena produk investasi ESG ini paling banyak diminati oleh investor muda.
Investor muda cenderung lebih terbuka dengan produk investasi baru dan investasi ESG. Tren ini juga turut mendorong perkembangan BNP Paribas sehingga bisa mengumpulkan dana kelolaan hingga Rp 31,9 triliun hingga Desember 2024.
Capaian tersebut cukup memuaskan bagi kami karena bisa bertahan di sepuluh perusahaan manajer investasi di Indonesia. Jadi ya hasilnya lumayanlah.
Bagaimana target pertumbuhan BNP Paribas untuk tahun ini?
Kami memasang target tumbuh 10% atau konsisten doble digit setiap tahunnya. Strategi yang kami lakukan untuk mengejar target tersbut dengan melihat demand dari investornya.
Jadi kami fokus menyesuaikan produk dengan kondisi pasar dan permintaan investor. Hal ini sangat penting dilakukan karena market-nya berkembang terus serta kondisi ekonmi makro yang terus bergejolak.
Meski begitu, kami tetap optimistis bisa mempertahankan pertumbuhan bisnis setiap tahunnya dalam kondisi sesulit apa pun.
Produk apa saja yang sejauh ini disediakan BNP Paribas?
Kami memiliki beberapa produk reksa dana mulai dari Reksa Dana BNP Paribas SRI-Kehati yang merupakan produk reksa dana dengan mengikuti kinerja indeks Sri Kehati. Kemudian ada juga Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Syariah yang berinvestasi pada efek syariah bersifat ekuitas.
Lalu Reksa Dana BNP Paribas Solaris yang merupakan produk reksa dana yang berinvestasi pada efek bersifat ekuitas. Reksa Dana BNP Paribas Prima USD merupakan roduk reksa dana yang berinvestasi pada efek bersifat utang dan instrumen pasar uang dalam denominasi Dolar Amerika Serikat (AS).
Kemudian Reksa Dana BNP Paribas Rupiah Plus, produk reksa dana yang berinvestasi pada instrumen pasar uang dalam negeri atau deposito. Kemudian Reksa Dana BNP Paribas Omega yang merupakan produk reksa dana yang berinvestasi pada Efek bersifat utang dan instrumen pasar uang.
Bagaimana strategi untuk bisa cuan di investasi ESG?
Ini yang kami mesti luruskan, banyak orang berpikiran kalau investasi berkelanjutan harus cuan sehingga kalau tidak cuan tidak mau berinvestasi, kebanyakan berpikir seperti itu.
Meski begitu investasi selalu ada risikonya, ini yang kebanyakan investor lupa soal risikonya. Kalau dilihat kondisi pasarnya, pasti ada masanya turun sehingga investor harus bisa menjaga agar penurunannya tidak terlalu tajam.
Jadi kalau mau cuan di investasi ESG itu harus sabar karena sustainable investment itu is for the long run. Namun, volatilitasnya cenderung lebih terjaga dibandingkan investasi lainnya.
Investor juga harus memantau tren dan kebijakan secara nasional maupun global. Sebab, faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah terkait keberlanjutan, kesepakatan iklim global, serta tren industri hijau dapat memengaruhi kinerja investasi ESG.
Oleh karena itu, pemantauan secara berkala sangat diperlukan untuk menyesuaikan strategi investasinya.
Editor: Ranto Rajagukguk