BPS: Inflasi Agustus 2019 Capai 0,12 Persen

marketeers article

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Agustus 2019 yang lalu terjadi inflasi sebesar 0,12 persen. Dibandingkan bulan sebelumnya (Juli 2019), inflasi bulan Agustus lebih rendah karena pada periode tersebut inflasinya sebesar 0,31 persen.

Namun jika dibandingkan pada Agustus 2017 dan 2018 tergolong tinggi karena pada saat itu terjadi deflasi. Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan bahwa penyebab utama dari inflasi pada Agustus 2019 lalu kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga. Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 1,21 persen dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,09 persen.

Dijelaskan Suhariyanto bahwa pada Agustus 2019 terjadi kenaikan pembayaran uang sekolah mulai dari SD hingga ke perguruan tinggi. Pasalnya pada periode tersebut memang sedang ada momentum kenaikan kelas atau tingkat pendidikan.

“Inflasi pada Agustus 2019 karena adanya kenaikan uang sekolah SD sebesar 0,04 persen, SMP-SMA masing-masing 0,02 persen dan kenaikan uang akademi atua kuliah 0,01 persen. Juli – Agustus biasanya biaya pendidikan akan naik karena itu tahun ajaran baru,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (3/9).

Inflasi juga terjadi ditopang oleh kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dimana andilnya sebesar 0,06 persen. Tingkat inflasi pada Agustus 2019 dari kelompok pengeluaran ini mencapai 0,23 persen. Begitu juga untuk kelompok pengeluaran sandang dimana inflasinya sebesar 0,88 persen dan andil terhadap inflasi bulanan sebesar 0,06 persen.

Untuk kelompok pengeluaran bahan pangan dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, sama-sama memberikan andil terhadap deflasi. Masing-masing sebesar 0,06 persen dan 0,10 persen. Meski begitu khusus untuk kelompok pengeluaran bahan makanan masih ada beberapa komoditas yang sebenarnya memberikan andil terhadap inflasi seperti cabe merah dan cabe rawit yang terjadi kenaikan harga.

Secara umum, lanjut Suhariyanto, kelompok pengeluaran bahan makanan deflasi sebesar 0,19 persen. Sementara dari kelompok pengeluaran transportasi memberikan andil inflasi 0,10 persen karena adanya kebijakan penurunan tarif tiket pesawat.

“Penyebab utama inflasi adalah kenaikan harga cabe merah, cabe rawit, uang sekolah, emas perhiasan, kemudian ada kenaikan tarif sewa rumah. Dan komoditas yang menghambat inflasi adalah turunnya tarif angkutan udara, harga bawang merah, bawang putih dan beberapa sayuran seperti tomat sayur,” lanjutnya.

Dari sisi kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang disurvei oleh BPS, sebanyak 44 kota mengalami inflasi dan 38 kota IHK mengalami deflasi. Untuk inflasi tertinggi terjadi di Kudus sebesar 0,82 persen dan inflasi terendah di Tasikmalaya, Madiun dan Pare-Pare sebesar 0,04 persen. Sedagkan untuk deflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau sebesar 2,10 persen dan deflasi terendah terjadi di Tegal dan Palopo masing-masing sebesar 0,02 persen.

Related