Bukalapak: Kunci Sustain Bukan Modal Besar

marketeers article

Market Place asal Indonesia, Bukalapak(BL) masih bertahan dalam kompetisi e-commerce Indonesia sejak delapan tahun lalu. Sustainabilitas BL ternyata tak didorong dengan modal yang besar. Ketika sebagian besar pemain e-commerce memilih mengalokasikan dana yang besar untuk beragam kegiatan promosi, BL justru memberdayakan komunitas guna mencapai sustainabilitas. Seperti apa cost efficiency yang dilakukan BL?

Memposisikan diri sebagai market place bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia, BL menyadari kekeluargaan adalah nilai utama yang dapat membantu mereka meningkatkan produktivitas UMKM sebagai Pelapak BL (seller).

“Kami tidak menggunakan pendekatan transaksional seperti kompetitor lain pada umumnya. Approach kami adalah community empowerment or community development. Kami tidak mau loyalitas hilang akibat mereka (seller) terlalu dijanjikan oleh sesuatu yang bersifat material. Kami yakin cara ini tidak akan membuat bisnis kami sustain,” kata Muhammad Fikri, Head of Community Management Bukalapak kepada Marketeers beberapa waktu lalu.

Ekosistem bisnis BL mereka sadari sangat bergantung pada produktivitas Pelapak. Fikri menjelaskan, BL membentuk komunitas pelapak yang sudah tersebar di 70 kota di Indonesia dan terus bertambah. Dengan peningkatan jumlah kota yang dijangkau komunitas ini, BL menafsirkan jumlah pelapak mereka pun akan bertambah. “Dengan bertambahnya pelapak, berarti ekosistemnya semakin baik. Semakin banyak pilihan barang yang dapat diperoleh pembeli,” kata Fikri.

Komunitas Pelapak memiliki para Ranger yang diutus untuk mengakomodir beragam kegiatan BL. Fikri menerangkan, mereka yang menjadi Ranger bertanggung jawab secara sukarela untuk mengkoordinasi berbagai kegiatan yang dilakukan komunitasnya masing-masing. Nantinya, para Ranger ini akan mendapat benefit pemberian poin yang dapat mereka gunakan untuk meng-upgrade akun mereka ke jenis Premium secara gratis.

Bentuk kegiatan yang dilakukan Komunitas Pelapak meliputi sharing knowledge, Webinar, dan kegiatan offline (Kopi Darat) yang diinisiasi oleh para pelapak itu sendiri. “KopDar diadakan oleh masing-masing daerah komunitas setiap bulan yang dikoordinasi oleh para Ranger sebagai corong BL di daerah. Cost Efficiency juga bisa di dapat misalnya ketika lembaga atau dinas pemberdayaan UMKM membutuhkan trainer dari BL di daerah-daerah, BL tidak perlu mengirim orang ke sana karena dapat diwakili langsung oleh Ranger,” terang Fikri.

Selain kegiatan sharing knowledge yang bersifat offline, ada pula kegiatan sharing knowledge secara online melalui Webinar setiap dua kali dalam seminggu. “Para pelapak hanya perlu melakukan registrasi untuk mendapatkan reminder jadwal live streaming seminar ini,” jelas Fikri. Beragam konten dibahas, mulai dari konten financial management hingga cara menggunakan berbagai fitur BL. 

Dari tracking per enam bulan yang dilakukan BL, Fikri menjelaskan pada kuartal pertama 2017, penjualan pelapak yang tergabung dalam komunitas meningkat 5-8% dibandingkan pelapak yang tidak bergabung dengan komunitas.

Tantangan Pilihan Sustain Ala Bukalapak

Persoalan yang kerap muncul dalam sebuah komunitas adalah konsistensi dari para anggota. Hal ini juga diakui oleh Fikri terjadi di dalam komunitas pelapak. Menurut Fikri, yang terpenting adalah kualitas, bukan kuantitas pelapak yang bergabung dalam komunitas.

“Kunci mempertahankan konsistensi pelapak dalam komunitas dapat dilakukan melalui pendekatan personal. Bahasa yang kami gunakan kepada para community di lapangan adalah bagaimana cara membuat mereka berpikir bahwa melalui cara ini, kegiatan yang mereka lakukan di lapangan akan menjadi jembatan bagi mereka untuk belajar menjadi pemimpin mulai dari lingkungan terdekatnya,” terang Fikri.

Dalam upaya menggerakkan para Ranger untuk aktif, Fikri menjelaskan BL memberikan benefit berupa poin BL, bukan berupa fresh money. Tidak hanya itu, BL juga merilis ranking pelapak setiap bulan, seperti TOP 10 Ranger dengan nilai transaksi terbesar.

Kegiatan hiburan pun tak luput dari perhatian BL. “Kegiatan outing yang dilakukan komunitas di daerah masing-masing akan kami posting di forum pelapak. Ini adalah cara kami bermain melalui psikologis mereka. Harapannya, hal ini akan menimbulkan rasa ketertarikan untuk melakukan hal serupa bersama komunitas mereka,” terang Fikri. Berikutnya, BL juga membangun personal engagement dengan cara memberikan hadiah bagi pelapak yang berulang tahun.

Pada akhirnya, community empowerment menjadi diferensiasi BL dengan market place lain dalam upaya meningkatkan pertumbuhan mereka. Tak mau mengusung taste yang terlau coorporate, BL justru memilih sustain dengan cara mereka sendiri.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related