Bukan Gaji, Gen Z Lebih Pilih Soal Ini

marketeers article
It is mine. Attentive female person staring at her book while talking to her partner

Regenerasi terus hadir di dunia kerja. Setelah milenial, kini Gen Z juga mulai banyak mengisi posisi. Tentunya, tidak hanya Gen Z saja yang harus menyesuaikan diri dengan dunia kerja. Hal yang sama harus dilakukan oleh perusahaan. Apalagi mereka ini merupakan generasi pertama yang tumbuh sebagai digital native.

Bagaimana perusahaan mengakomodir Gen Z di dunia kerja? Apa yang Gen Z cari di sebuah perusahaan? Menurut riset yang dilakukan Dell EMC Indonesia, Gen Z tidak selalu mempersoalkan gaji ketika bekerja. Sebab, 41% dari mereka yakin pekerjaan mereka harus bisa memberikan keterampulan dan pengalaman baru.

Hal yang tidak kalah penting adalah lingkungan kerja. Tidak sedikit dari Gen Z yang tertarik untuk masuk ke suatu perusahaan karena melihat ambience. Lingkungan kerja akan memengaruhi performa mereka di masa depan. Untuk mengakselerasi bisnis mereka, ZAP Clinic juga memberikan perhatian pada hal ini.

“Sebelum masuk ke konsumen, kami harus menghadapi Gen Z yang ada dalam perusahaan sendiri. Jumlah karyawan kami yang berasal dari Gen Z saat ini mencapai 30,95%. Dan, sejauh ini dari yang kami perhatikan melalui karyawan kami, Gen Z menyukai lingkungan kerja yang menyenangkan,” ujar VP Sales & Marketing ZAP Clinic Feriani Chung pada acara Marketeers iClub bertajuk Redicovering Gen-Z, Jumat (04/09/2020).

Dari apa yang dipelajari melalui gen Z yang ada bergabung, ZAP Clinic menemukan bahwa Gen Z memiliki toleransi yang cukup besar sehingga mereka tidak merasa keberatan jika harus menghadapi atasan yang bossy.

Selain itu, sebagai generasi yang digital savvy, mereka juga akrab dengan media sosial. Sehingga, penting bagi suatu perusahaan yang ingin menggaet Gen Z untuk membangun media sosial mereka. ZAP Clinic sendiri mengembangkan Instagram mereka dan membuat #BeingZAP sebagai wadah untuk memperkenalkan lingkungan kerja di ZAP Clinic.

“Mereka yang ingin bergabung dengan kami bisa mengecek seperti apa situasi dan lingkungan kerja. Dan, tidak sedikit yang mencari tahu hidup keseharian melalui Instagram kami. Kemudian mereka bisa menyimpulkan kesan sendiri mengenai lingkungan kerja di ZAP,” tutur Feriani.

Ia menambahkan, Gen Z merupakan generasi yang ingin mengembangkan diri. Karenanya, ZAP Clinic berusaha menghadirkan tiga hal bagi mereka. Pertama, mewadahi ide-ide dari Gen Z.

“Mereka merupakan generasi yang selalu ingin mengembangkan diri dan ingin memiliki jenjang karier yang jelas. Karena itu, kami tidak pernah menutup diri dari ide-ide mereka. Kami merasa lebih berkembang berkat hal itu,” pungkas Feriani.

Kedua, melakukan internal check-up setiap waktu. Tidak hanya memastikan pengetahuan untuk mengembangkan strategi marketing yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis. Tetapi, harus bisa juga menyeimbangkan pengetahuan dengan kondisi dalam perusahaan.

Misalnya, memahami karyawan dengan lebih baik lagi. Tentunya, di dalam suatu perusahaan berisikan beragam generasi. Dan, yang perlu dilakukan adalah menyatukan karakteristik ini demi kemajuan perusahaan.

Ketiga, memberikan ruang untuk strategi marketing dari ide-ide karyawan Gen Z. Feriani mengatakan, hingga saat ini, target pasar mereka 40% dari kelompok milenial dan 20% Gen Z. Namun, ZAP Clinic terus mencoba masuk dan engage dengan Gen Z karena mereka menyadari bahwa Gen Z merupakan next target mereka.

Karenanya, ZAP Clinic ingin berusaha lebih dekat dengan Gen Z. Mereka ingin konsumen yang masuk dalam generasi ini bisa merasa bahwa ZAP Clinic merupakan bagian dari mereka. Salah satu upayanya terlihat dari konten-konten ZAP Clinic di Instagram setiap Minggu, yaitu Gen Z Invasion yang menyajikan berbagai infromasi seputar produk dan layanan tetapi dikemas dengan menarik.

Related