Burger King Imbau Konsumen Pesan Produk McDonald’s

marketeers article
St. Petersburg, Russia November 29, 2017: Staff of 500th Burger King restaurant in Russia preparing coffee in the day of opening. First Burger King restaurant opened in Russia in 2010

Burger King mengambil langkah mengejutkan yang mengundang ratusan ribu respons lewat unggahan di media sosial Twitter pada Senin (02/11/2020). Apa yang membuat unggahan ini mendapatkan begitu banyak perhatian?

Brand fast food tersebut meminta konsumen mereka untuk mendukung outlet fast food lokal di Inggris selama pandemi COVID-19. Tidak terbatas pada Burger King saja tetapi juga berbagai merek lainnya.

We know, we never thought we’d be saying this either,” tulis Burger King dengan menyisipkan gambar berisi surat dengan judul “Order From McDonald’s”.

Melalui Twitter resminya tersebut, Burger King mengungkapkan bahwa ribuan pegawai restoran saat ini sangat membutuhkan dukungan. Mereka pun menyebutkan brand lain seperti Domino’s Pizza, KFC, hingga Pizza Hut.

Hal ini tampaknya merupakan respons dari pengumuman lockdown nasional kedua yang diberlakukan pemerintah Inggris. Pasalnya, sebelum Burger King menghebohkan dunia maya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan Inggris resmi ditutup selama sebulan setelah adanya peningkatan kasus COVID-19.

Inggris mencatat lebih dari satu juta kasus dan pemerintah setempat menegaskan adanya pembatasan, salah satunya dalam hal operasional restoran. Kebijakan ini akan dimulai pada Kamis (05/11/2020) mendatang dan berakhir pada awal Desember 2020.

Kebijakan ini akan membuat restoran terpaksa menghilangkan opsi dine in untuk layanan mereka. Dan, selama ini diberlakukan, restoran-restoran hanya diizinkan melayani pesan-antar dan take out. Ini menjadi pukulan berat yang kembali harus dihadapi bisnis kuliner yang baru saja pulih dari lockdown pertama.

Beragam respons bermunculan menanggapi unggahan dari Burger King ini. Banyak yang mengaku salut dan menghargai upaya Burger King saling dukung sesama pebisnis restoran. Tetapi, tidak sedikit yang merasa, nama besar para brand tidak membuat mereka terlalu mengalami dampak pada pendapatan.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related