Oleh Marketeers Student Heroes GROUP 6
Emina, brand kecantikan asal Indonesia belakangan berhasil mencuri perhatian warganet melalui campaign uniknya “make up di bawah pohon”. Video yang memperlihatkan seorang anak yang membuka jasa make up di bawah pohon mendadak viral di media sosial.
Awalnya, banyak yang menganggapnya sebagai sekadar konten lucu atau iseng. Namun, ternyata tren ini berkembang menjadi fenomena yang ramai diperbincangkan.
Viralnya tren ini tidak lepas dari reaksi warganet yang penasaran dengan aktivitas yang dilakukan anak tersebut. Tak lama setelahnya, muncul pula berbagai video serupa yang memperlihatkan orang-orang yang ikut antusias dan penasaran dengan pengalaman make up di bawah pohon itu.
Tanpa perlu promosi besar-besaran, Emina pun sukses mendapatkan eksposur luas dan meningkatkan engagement secara organik. Salah satu alasan utama di balik keberhasilan strategi ini adalah pemanfaatan gimmick yang menarik perhatian.
Gimmick dalam pemasaran adalah cara kreatif untuk memancing respons emosional audiens, baik berupa kejutan, humor, atau hal unik yang mudah diingat. Konsep “make up di bawah pohon” sendiri adalah bentuk gimmick yang sederhana, namun cukup absurd untuk memicu rasa ingin tahu.
Dengan begitu, warganet merasa terdorong untuk ikut membahas dan mencoba tren ini, sehingga penyebarannya makin luas. Dengan memanfaatkan strategi Buzz Marketing, Emina berhasil menjadi perbincangan di kalangan konsumen (viral).
Selain itu, dengan kekuatan media sosial dan User-Generated Content (UGC), tren tersebut berhasil membangun kehebohan secara natural. Kehadiran tren ini juga menunjukkan bagaimana brand dapat menarik perhatian tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk iklan konvensional.
Cukup dengan memicu percakapan dan membiarkan konsumen menjadi bagian dari kampanye tersebut. Tidak hanya menampilkan produknya, konsep “makeup gratis di bawah pohon” ini adalah gimmick marketing yang menarik karena menawarkan sesuatu yang unik dan relatable bagi target market, terutama remaja yang menyukai aktivitas seru dan interaktif.
Dengan strategi ini, Emina membangun kedekatan emosional dengan audiens tanpa kesan hard selling, melainkan lewat pengalaman yang menyenangkan dan autentik. Dalam video tersebut, user menonjolkan produk Emina dengan cara yang tetap terasa alami.
Meski ada beberapa bagian saat produk terlihat jelas, teknik soft selling tetap dominan karena produk muncul dalam konteks pemakaian, bukan sekadar dipromosikan seperti iklan pada umumnya. Fokus utamanya adalah pengalaman make up, bukan hanya fitur produk, sehingga audiens merasa diperkenalkan dengan Emina tanpa ada tekanan untuk membeli.
Inilah yang membuat buzz marketing-nya berhasil menarik konsumen secara organik menjadi pusat perhatian tanpa merasa dipaksakan. Akun TikTok @bellaleony6 mengunggah video dengan hashtag #makeupdibawahpohon dan sukses menarik perhatian warganet, dengan jumlah viewers mencapai 1,2 juta. Keviralan ini membuktikan bahwa konsep unik yang dekat dengan keseharian target market bisa menciptakan dampak besar di media sosial.
Respons positif pun berdatangan dari warganet. Misalnya, akun @cutiee_araarwrrr berkomentar, “Gue malah salfok moisturizer Emina wehh, packaging-nya lucu banget!”, menunjukkan bahwa desain produk juga menjadi daya tarik tersendiri.
Sementara itu, akun @views_01 menulis, “Gw checkout moisturizer Emina gara-gara liat vt adek itu,” menandakan bahwa strategi soft selling ini berhasil mendorong keputusan pembelian secara tidak langsung.
Catatan: Artikel opini ini merupakan hasil analisis dan riset Marketeers Student Heroes Group 6 yang beranggotakan, Nia Yulandari (Universitas Logistik dan Bisnis Internasional), Sondang Monika Gultom (Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Karin Reindra (UIN Sumatera Utara), Kezia Br Aritonang (Universitas Negeri Medan), Akbar Mubarok (Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta), dan Rossa Amelia Imelda (Universitas Muhadi Setiabudi).
Editor: Ranto Rajagukguk