Cara Pegadaian dan PT Marimas Bimbing UKM Jadi Juara Kelas

marketeers article
SME or Small and medium-sized enterprises Businessman drawing Landing Page on blurred abstract background

Unit kecil dan menengah (UKM) berperan penting dalam memajukan perekonomian Indonesia. Untuk itu, UKM perlu dibina dan dibimbing agar mereka bisa naik kelas. Naik kelas  dalam arti agar para UKM mampu untuk menjadi juara kelas di segmen masing-masing.

Melihat kondisi ini, Marketeers kembali menghadirkan acara Marketeers iClub. Kali ini, acara tersebut mengambil tema “Juara Kelas (Tidak Selalu Naik Kelas)“. Acara ini membahas mengenai upaya yang dilakukan perusahan-perusahaan inkubator dalam membina para UKM untuk naik kelas.

Rizky Anggia Putri, Manajer Pemasaran & Penjualan PT Pegadaian Kanwil XI Semarang menyampaikan bahwa ketika UKM berada di posisi naik kelas, perlu memikirkan untuk tetap bertahan, karena bertahan lebih sulit dibandingkan berkembang. Caranya adalah dengan melakukan inovasi.

“Dengan berinovasi, kita bisa bertahan dan berkembang. Apalagi di era pandemi ini, mau tidak mau kita harus berinovasi untuk bisa bertahan di kondisi yang tidak memungkinkan ini,” kata Anggia.

Rizky menjelaskan bagaimana agar UKM bisa berdaya saing. Pertama, pikirkan produksi. Secara produksi, ketika sudah menjadi juara di segmen masing-masing, pikirkan cara untuk bertahan.

“Produksi itu bukan hal yang mudah untuk naik kelas, kita harus bisa mengendalikannya. Tidak bisa dipungkiri, ketika kita naik kelas, secara tidak langsung kita juga harus berkembang,” sahut Anggia.

Kedua, terkait dengan pembiayaan. UKM yang berusaha untuk naik kelas, secara tidak langsung membutuhkan biaya yang lebih besar. Selain itu, butuh pendampingan yang lebih ketat untuk bisa bertahan. Sedangkan, dengan cukup menjadi juara walaupun di kelas mikro, akan lebih baik hasilnya.

“Kalau UKM ingin naik kelas, pasti butuh modal yang lebih banyak. Apalagi, di kondisi ini, yang mana semua lembaga keuangan akan menerapkan filterisasi yang lebih detail dan tentunya akan menyulitkan permodalan UKM,” tambah Anggia.

Terakhir, yaitu strategi pemasaran. Bagaimana para UKM dapat membentuk strategi pemasaran yang berbeda, memiliki diferensiasi dari kompetitor. Hal tersebut dikarenakan, untuk naik kelas sudah pasti akan bertemu lebih banyak kompetitor lain. Untuk bisa bertahan disitu, perlu diferensiasi.

“Intinya, kalau kita tidak bisa menjadi yang pertama, maka jadilah yang terbaik. Nah, jika kita belum bisa jadi keduanya, jadilah yang diingat. Untuk itu, para UKM tidak apa-apa tidak naik kelas, tetapi harus bisa menjadi local champion di segmennya mereka masing-masing,” tutur Anggia.

Selanjutnya, Harjanto Halim, CEO PT Marimas Putra Kencana turut memaparkan upaya nya dalam mengembangkan UKM lokal. Harjanto mengatakan bahwa PT Marimas juga memberikan pelatihan dan kesempatan kepada para pelaku UKM.

Pertama, para UKM diberi kesempatan untuk melihat industri secara langsung, yaitu dengan melakukan factory visit. Dengan adanya factory visit, para pelaku UKM dapat melihat secara nyata bagaimana cara kerja sebuah industri, serta mempelajari standarisasi yang diterapkan PT Marimas.

“Kami memberikan kesempatan bagi para UKM untuk berkunjung ke pabrik kami. Ini penting sekali, karena bisa menjadi suatu insight untuk para UKM. Mereka bisa lihat standarisasi itu penting, dan bisa mempelajari untuk mulai menerapkan SOP dan standar dalam usaha mereka,” kata Harjanto.

Kedua, menurut Harjanto, pelaku UKM masih sangat lemah pengetahuannya mengenai bisnis, terutama hal-hal kecil namun penting, seperti dalam hal desain. Maka dari itu, PT Marimas juga turut memberikan pelatihan desain gratis untuk para pelaku UKM.

“Kami melihat bahwa masih banyak pelaku UKM yang terbatas pengetahuannya. Untuk itu, kami berusaha mengisi aspek-aspek yang belum digarap UKM. Kami bantu dengan pendampingan tipis-tipis. Intinya, kami memiliki fungsi strategis untuk melengkapi kebutuhan UKM,” jelas Harjanto.

Terakhir, PT Marimas mengajak para pelaku UKM, terutama kaum milenial untuk berkolaborasi. Menurut Harjanto, dengan adanya kolaborasi untuk membantu mereka, bisa mengangkat rasa percaya diri bagi para pelaku UKM bahwa ternyata mereka itu bisa dan diakui.

“Kami sempat berkolaborasi dengan UKM. Kolaborasi ini bisa menumbuhkan confidence mereka bahwa mereka itu diakui. Kami harap, dengan kolaborasi ini kreativitas mereka jug abisa berkembang dan bisa lebih positif lagi untuk berkreasi,” tutur Harjanto.

Harjanto menegaskan bahwa bagaimanapun juga, membangun UKM tidak bisa dilakukan sendiri. Harus ada UKM yang bersangkutan serta entrepreneur atau pengusaha yang mau turun untuk membantu dan membina UKM tersebut.

“Harus ada yang punya mindset entrepreneur dulu yang mau turun dan ikut membina UKM, karena orang tersebut punya pengalaman, sedangkan UKM masih belajar dan butuh pendampingan. UKM pun kalau ingin berkembang harus punya mental entrepreneur, karena kalau tidak akan jadi repot,” tutup Harjanto.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

 

Related